BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Aspek-aspek Pengembangan Silabus
Hasil penelitian tentang pengembangan silabus dan penilaian hasil belajar
matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut.
Aspek-aspek pengembangan silabus di SMA Negeri 1 Klaten, menurut
kepala sekolah, Drs. Lasa, antara lain mencakup ilmiah, sistematis,
konsisten, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan
menyeluruh (Hasil Wawancara, Senin, 31 Desember 2007, pukul 07.30
WIB).
Hasil wawancara dengan Urusan Kurikulum SMA Negeri 1 Klaten,
menyebutkan bahwa
“Dalam pengembangan silabus dan penilaian di SMA Negeri 1 Klaten
berpedoman pada ketentuan yang berlaku dalam KTSP, meskipun tidak
menutup kemungkinan pengembangannnya lebih luas dari ketentuan,
mengingat SMA Negeri 1 Klaten termasuk salah satu sekolah rintisan
berbasis internasional yang berada di Propinsi Jawa Tengah (Senin, 30
Desember 2007, pukul 10.00 WIB)”.
Menurut Drs. Joko Siswanto, salah seorang guru matematika SMA Negeri 1
Klaten, menambahkan bahwa
“Pengembangan silabus matematika di SMA Negeri 1 Klaten memiliki
tingkat pengembangan yang lebih luas dan mendalam, karena sebagai
sekolah rintisan SBI berbeda dengan SMA lain di Kabupaten Klaten ini.
Namun, ada beberapa kendala, antara lain: dari guru mengalami kendala
berupa belum sepakatnya materi yang dijadikan bahan pengembangan,
indikatornya terbatas. Kendala dari sekolah berupa terbatasnya alokasi dana
untuk pengembangan silabus. Kendala dari peneliti berupa pembagian
waktu antara materi yang sudah ada dengan pengembangan. Kendala sarana
berupa terbatasnya alat peraga matematika. Kendala wawasan berupa masih
terbatasnya referensi tentang pengembangan silabus matematika SMA
(Senin, 31 Desember 2007, pukul 11.00 WIB)”
Secara lebih detail mengenai aspek-aspek pengembangan silabus tersebut,
dapat diuraikan berikut ini.
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung-jawabkan secara keilmuan. Dalam
penyusun silabus mata pelajaran Matematika sesuai dengan Standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika yang telah
ditetapkan, dengan dukungan data yang dapat dipertanggungjawabkan,
misalnya data keuangan suatu perusahaan atau data pendapatan regional suatu
daerah.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik. Contoh untuk mencapai kompetensi
menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan APBN dan APBD diperlukan urutan
penyajian materi pengertian APBN/APBD, fungsi APBN/APBD, dan tujuan
APBN/APBD.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi. Contoh kompetensi dasar mengidentifikasi
sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
indikator pencapaian yang dikembangkan misalnya mengidentifikasi sumbersumber
pendapatan negara / daerah dan menguraikan pengaruh APBN/APBD
terhadap perMatematikaan, diperlukan materi pembelajaran sumber-sumber
APBN/APBD, dengan kegiatan pembelajaran misalnya menggali informasi
dari internet untuk mengidentifikasi sumber-sumber APBN dan APBD.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian. Maksudnya dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika harus berdasarkan kompetensi dasar, indikator, materi
pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai, untuk selanjutnya menetapkan
penilaian yang sesuai. Contoh dengan kegiatan pembelajaran misalnya
menggali informasi dari internet untuk mengidentifikasi sumber-sumber
APBN dan APBD, maka penilaian yang dapat dilakukan yakni dengan
memberi tugas kelompok atau tugas individu dalam bentuk tugas proyek.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar. Hendaknya dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika berdasarkan kompetensi dasar dengan cakupan yang memadai
untuk mencapai kompetensi tersebut. Contoh kegiatan pembelajarannya
mendeskripsikan konsep tarif, kuota, larangan ekspor, larangan impor,
subsidi, premi, diskriminasi harga dan dumping dengan mengkaji refrensi,
maka sistem penilaian yang dilakukan dapat berupa tugas individu.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
Misalnya dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika lebih
mengedepankan kontekstual yang terjadi di masyarakat, seperti meningkatnya
pengangguran.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Misalnya untuk menunjang pencapaian kompetensi perlu
dilakukan secara fleksibel atas penyampaiaan materi dalam kegiatan
pembelajaran. Seperti mengamati gejolak perubahan Matematika yang terjadi
di masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor). Dalam silabus mata pelajaran Matematika penilaian lebih
menekankan pada ranah kognitif dan afektif. Seperti Mendeskripsikan
akuntansi sebagai sistem informasi maka penilaiannya meliputi kognitif dan
afektif.
i. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Silabus
a) Pengembangan silabus mata pelajaran bahasa Matematika lebih diarahkan
kepada pengembangan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan
tulisan yang mengintegrasikan empat (4) keterampilan berbahasa;
mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
b) Kreativitas yang tinggi dari guru dalam mengembangkan materi dan
metode pembelajaran sangat dituntut secara profesional.
c) Pada kegiatan pembelajaran yang ada di silabus, siswa dituntut untuk
terlibat secara lebih aktif (student center learning) dan guru sebagai
fasilitator.
d) Kegiatan dan materi pembelajaran diarahkan pada ciri khas kedaerahan
dan bersifat kontekstual.
e) Alokasi waktu yang ada dalam silabus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing.
f) Pengembangan kompetensi dasar ke dalam indikator sangat tergantung
pada materi dan kegiatan pembelajaran serta kreatifitas guru.
Hasil wawancara dengan Drs. Lasa, Kepala SMA Negeri 1 Klaten
(Senin, 31 Desember 2007, pukul 08.00) menegaskan bahwa
“Dalam menyusun silabus dapat menggunakan format yang sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan.. Dalam menyusun format urutan
KD, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan
seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan,
sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus”.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya
disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Standar nasional pendidikan (SNP) digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) selain mengacu pada SNP juga berpedoman pada
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterbitkan
oleh BSNP.
Salah satu bagian penting dari KTSP adalah Silabus. Silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Agar silabus
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi
peserta didik, potensi daerah diperlukan petunjuk teknis (Hasil wawancara
dengan Drs. Sunardi, guru matematika SMA Negeri 1 Klaten, Rabu, 3 Januari
2008, pukul 09.00).
Dalam dokumen ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan
pengembangan silabus mencakup prinsip-prinsip pengembangan silabus,
karakteristik mata pelajaran, langkah-langkah pengembangan silabus. Dengan
adanya petunjuk teknis dan contoh silabus ini diharapkan sekolah dapat
menyusun/ mengembangkan silabus secara mandiri sesuai karakteristik mata
pelajaran, kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah.
j. Langkah-langkah Penyusunan Silabus
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus meliputi tahap-tahap:
1) Identifikasi Standar Kompetensi / Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan
secara sistematis, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar
Isi. Selanjutnya perlu memperhatikan keterkaitan antara standar kompetensi
dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran Matematika, oleh karena itu
diperlukan pemetaan kompetensi. Pemetaan Kompetensi dapat dilakukan
dengan cara
1) Mengelompokan SK dan KD yang mempunyai materi pembelajaran sama,
tidak terbatas hanya dalam semester sama tetapi untuk seluruh tingkat.
2) Menentukan sistimatika penyajian dengan mempertimbangkan tingkat
kemudahan dan kebermanfaatan bagi peserta didik dalam mengusai
kompetensi.
3) Misalnya untuk membahas masalah geometri ada yang membahas
geometri datar dan geometri ruang yang diberikan oleh guru dalam
pembelajaran matematika di SMA, kemudian menggabungkan dengan
pengembangan silabus pada sudut ruang, diagonal, dan sebagainya. Di sini
peserta didik atau siswa akan dituntut untuk mampu menguasai materi
tersebut secara bertahap dan menyeluruh
2) Pengembangan indikator
Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur untuk
dibuat instrumen penilaiannya. Pengembangan indikator pencapaian harus
memperhatikan SK dan KD yang hendak dicapai.
3) Pengembangan materi
Materi pembelajaran meliputi materi pokok dan uraian materi pokok.
Pengembangan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan memotong kata
kerja operasional dari SK atau KD dimaksud.
4) Pengembangan kegiatan pembelajaran
Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang meliputi kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
fisik maupun mental yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan
bahan ajar.
5) Penetapan jenis penilaian
Penetapan jenis penilaian hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini
dilakukan berdasarkan indikator, mencerminkan alat penilaian yang akan
digunakan, indikator dalam satu KD dapat juga dijadikan alat ukur untuk KD
lainnya terutama pada penilaian berbasis kelas.
Misalnya untuk mencapai beberapa indikator dari satu atau beberapa KD
dilaksanakan penilaian proyek.
6) Penentuan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif
dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
KD, kompleksitas dan kebermanfaatan. Misal untuk mencapai kompetensi
trigonometri diperlukan alokasi waktu 4 x 45 menit.
7) Penentuan sumber / bahan / alat
Penentuan sumber / bahan / alat didasarkan pada standard kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian. Misalnya untuk memahami penyusunan persamaan pada kalkulus
diperlukan kemampuan menurunkan fungsi deferensial.
2. Aspek – aspek Penilaian
Aktivitas guru mengajar dapat dianalogikan dengan aktivitas melakukan
perjalanan di mana test /ulangan dapat disamakan dengan tujuan akhir dari
perjalanan itu. Bermanfaat atau tidaknya perjalanan itu tegantung dari prosesnya,
yang dalam hal ini adalah belajar. Apabila dalam perjalanan kita tidak mengetahui
tujuan tempat yang akan dituju bisa jadi kita ternyata menuju tempat yang salah.
Hal yang sama juga dapat terjadi pada proses mengajar. Seorang guru harus tahu
persis topik apa saja yang harus dipelajari oleh murid dalam periode waktu
tertentu sebelum memulai mengajar. Agar sasaran ini tetap terjaga , maka
tentukan terlebih dahulu topik-topik yang akan diuji dalam ulangan. Dengan
berbekalkan susunan topik ulangan tersebut, maka setiap kali guru mengajar,
fokus guru akan tetap tertuju pada topik yang akan diujiankan dan bukannya
melebar pada topik-topik lain
Hasil wawancara dengan Drs. Lasa (Rabu, 2 Januari 2008, pukul 11.00),
mengemukakan bahwa
“Dalam penilaian hasil belajar siswa perlu memperhatikan kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa secara komprehensif. Tidak sepotongsepotong,
sehingga siswa dinilai secara utuh dan menyeluruh. Dalam hal
ini secara rinci dan tabulasi dapat diperiksa lampiran 3”.
Sementara itu, Drs. Sutarno (Rabu, 2 Januari 2008, pukul 11.00),
menegaskan bahwa
“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Hasil wawancara dengan Drs. Sukirno, guru matematika SMA Negeri
1 Klaten, Senin, 7 Januari 2008, pukul 09.00)
“Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian
hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri. Hal-hal yang perlu diperhatikan, (1) untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan
indikator, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem
penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam kegiatan pembelajaran”
Hasil wawancara dengan Dra. Retno Adiati, guru matematika SMA
Negeri 1 Klaten, (Selasa, 8 Januari 2008, pukul 08.00)
Informasikan juga kepada orang tua mengenai visi ulangan ini Hal ini penting
karena kebanyakan orangtua menilai bahwa hasil ulangan adalah gambaran
tingkat kecerdasan anak mereka dan juga akan berpengaruh terhadap
kesempatan belajar anak mereka di kemudian hari. Masih banyak orangtua
yang tidak segan-segan bertanya kepada anak mereka: "Mengapa kamu hanya
mendapat delapan?" atau kapan jadwal ulangan yang akan datang. Karenanya
berikan kepada tiap orangtua kalendar jadwal ulangan yang telah di isi dan
selain itu informasikan juga kepada mereka kebijakan penilaian yang
diterapkan di sekolah berikut pandangan para guru dalam menilai hasil
jawaban murid pada waktu ulangan. Dengan berbekalkan penjelasan yang
lengkap dari guru, maka para orangtua nantinya akan dapat membantu anak
mereka dalam mempersiapkan diri menjelang ulangan atau tes.
Guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan
belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu
mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar
mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas
yang kondusif untuk pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang
kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya
suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa
adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu
dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram
pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa
baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program
dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program
pengajaran
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Aspek-aspek Pengembangan Silabus
Adanya kebijakan tersebut mengimplikasikan bahwa kurikulum tidak lagi
disusun oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada penyusunan kurikulum
terdahulu (Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1999, dan
KBK yang baru dipilotingkan dan disosialisasikan), akan tetapi kurikulum dibuat oleh
masing-masing satuan pendidikan yang sekarang dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Adanya kebijakan tersebut mengimplikasikan bahwa
kurikulum tidak lagi disusun oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada
penyusunan kurikulum terdahulu (Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984, Kurikulum 1999, dan KBK yang baru dipilotingkan dan disosialisasikan), akan
tetapi kurikulum dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan yang sekarang dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar (PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20). Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian
Para guru dapat menggunakan hasil ulangan untuk mendorong murid menjadi
"murid aktif" dan memperoleh wawasan baru. Melalui analisa ulangan. Setelah
mengumpulkan dan memberi nilai pada kertas ulangan, bahas dan diskusikan
jawaban yang benar kepada murid sehingga murid bisa tahu persis apa yang
diharapkan guru dari mereka. Kemudian kembalikan kertas ulangan kepada para
murid dan minta mereka untuk menulis kembali jawaban yang benar tiap nomornya
di dalam kelas atau dirumah. Hal ini akan lebih memperkuat memori murid atas
jawaban yang benar tersebut dan juga mengajari secara tidak langsung cara belajar
yang efektif, meminta murid untuk menganalisa hasil yang dicapai. Tujuan dari
aktivitas ini adalah agar murid benar-benar sadar bahwa mereka juga harus
bertanggung jawab atas hasil ulangan yang mereka capai. Caranya, buat angket
pertanyaan dan minta murid untuk menjawabnya. Pertanyaan yang diajukan bersifat
analisis, seperti: apakah murid mengetahui topik yang diuji?Apakah murid telah
mempersiapkan diri sebelum ulangan? Seberapa baik mereka dalam menjawab
pertanyaan?,dll.Guru juga bisa bertanya apakah ada rencana perbaikan yang akan
mereka lakukan kalau mereka diberikan kesempatan untuk menjalani ulangan yang
sama lagi. Cara ini sangat membantu murid dalam memperbaiki dan menganalisa
kemampuan diri sendiri dalam mempersiapkan diri menjelang ulangan
2. Penilaian Hasil Belajar Siswa
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa
proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, (1) untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan indikator, (2)
menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem penilaian berkelanjutan,
(4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran
Apabila memungkinkan membuat kalender jadwal ulangan dan berikan
kepada tiap murid salinan dari kalendar tersebut. Kemudian minta setiap murid untuk
mengisi sendiri tanggal ulangan berikut topik atau material yang akan diuji.
Melalui fasilitas sekolah online yang dapat diakses melalui
www.sman1klaten.co.id. para guru dapat mencantumkan jadwal ulangan yang akan
diterapkan pada tiap waktu tertentu, misalnya ulangan harian, tengah semester,
semester, berikut kebijakan penilaian yang diterapkan di sekolah. Orang tua yang
juga memiliki akses atas situs www.sekolahindonesia.com ini dengan mudah dapat
mengetahui informasi tersebut. Cara ini akan jauh lebih praktis dibandingkan
membagikan kertas secara manual karena jadwal ulangan dapat diperbaharui setiap
saat oleh guru dengan mudah dan orangtua juga tidak perlu khawatir kehilangan
informasi tersebut karena data tersebut telah disimpan dalam database sekolah online.
Hasil ulangan juga dapat memberikan masukan positif kepada guru, karena
dapat memberikan gambaran seberapa sukses guru dalam mengajar. Hasil ulangan
juga membuka wawasan yang dapat digunakan guru untuk memperbaiki cara
mengajar mereka. Dengan menentukan apakah memang ada pola tertentu untuk bisa
sukses atau gagal, maka para guru dapat mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang
mereka miliki dalam mengajar berikut kelemahannya dan juga rencana mengajar
yang lebih baik.
Dengan cara ini maka dapat disimpulkan bahwa ulangan / tes memang dapat
membantu memperbaiki cara mengajar guru dari hulu ke hilir. Semua langkah yang
telah disebut diatas akan membantu guru untuk tetap terfokus pada Topik yang akan
diajarkan pada murid, Seberapa baik murid dalam belajar, Bagaimana menjadikan
murid lebih aktif dan semangat dalam belajarnya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Aspek-aspek Pengembangan Silabus
Hasil penelitian tentang pengembangan silabus dan penilaian hasil belajar
matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut.
Aspek-aspek pengembangan silabus di SMA Negeri 1 Klaten, menurut
kepala sekolah, Drs. Lasa, antara lain mencakup ilmiah, sistematis,
konsisten, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan
menyeluruh (Hasil Wawancara, Senin, 31 Desember 2007, pukul 07.30
WIB).
Hasil wawancara dengan Urusan Kurikulum SMA Negeri 1 Klaten,
menyebutkan bahwa
“Dalam pengembangan silabus dan penilaian di SMA Negeri 1 Klaten
berpedoman pada ketentuan yang berlaku dalam KTSP, meskipun tidak
menutup kemungkinan pengembangannnya lebih luas dari ketentuan,
mengingat SMA Negeri 1 Klaten termasuk salah satu sekolah rintisan
berbasis internasional yang berada di Propinsi Jawa Tengah (Senin, 30
Desember 2007, pukul 10.00 WIB)”.
Menurut Drs. Joko Siswanto, salah seorang guru matematika SMA Negeri 1
Klaten, menambahkan bahwa
“Pengembangan silabus matematika di SMA Negeri 1 Klaten memiliki
tingkat pengembangan yang lebih luas dan mendalam, karena sebagai
sekolah rintisan SBI berbeda dengan SMA lain di Kabupaten Klaten ini.
Namun, ada beberapa kendala, antara lain: dari guru mengalami kendala
berupa belum sepakatnya materi yang dijadikan bahan pengembangan,
indikatornya terbatas. Kendala dari sekolah berupa terbatasnya alokasi dana
untuk pengembangan silabus. Kendala dari peneliti berupa pembagian
waktu antara materi yang sudah ada dengan pengembangan. Kendala sarana
berupa terbatasnya alat peraga matematika. Kendala wawasan berupa masih
terbatasnya referensi tentang pengembangan silabus matematika SMA
(Senin, 31 Desember 2007, pukul 11.00 WIB)”
Secara lebih detail mengenai aspek-aspek pengembangan silabus tersebut,
dapat diuraikan berikut ini.
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung-jawabkan secara keilmuan. Dalam
penyusun silabus mata pelajaran Matematika sesuai dengan Standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Matematika yang telah
ditetapkan, dengan dukungan data yang dapat dipertanggungjawabkan,
misalnya data keuangan suatu perusahaan atau data pendapatan regional suatu
daerah.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spritual peserta didik. Contoh untuk mencapai kompetensi
menjelaskan pengertian, fungsi, tujuan APBN dan APBD diperlukan urutan
penyajian materi pengertian APBN/APBD, fungsi APBN/APBD, dan tujuan
APBN/APBD.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi. Contoh kompetensi dasar mengidentifikasi
sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
indikator pencapaian yang dikembangkan misalnya mengidentifikasi sumbersumber
pendapatan negara / daerah dan menguraikan pengaruh APBN/APBD
terhadap perMatematikaan, diperlukan materi pembelajaran sumber-sumber
APBN/APBD, dengan kegiatan pembelajaran misalnya menggali informasi
dari internet untuk mengidentifikasi sumber-sumber APBN dan APBD.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian. Maksudnya dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika harus berdasarkan kompetensi dasar, indikator, materi
pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai, untuk selanjutnya menetapkan
penilaian yang sesuai. Contoh dengan kegiatan pembelajaran misalnya
menggali informasi dari internet untuk mengidentifikasi sumber-sumber
APBN dan APBD, maka penilaian yang dapat dilakukan yakni dengan
memberi tugas kelompok atau tugas individu dalam bentuk tugas proyek.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar. Hendaknya dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika berdasarkan kompetensi dasar dengan cakupan yang memadai
untuk mencapai kompetensi tersebut. Contoh kegiatan pembelajarannya
mendeskripsikan konsep tarif, kuota, larangan ekspor, larangan impor,
subsidi, premi, diskriminasi harga dan dumping dengan mengkaji refrensi,
maka sistem penilaian yang dilakukan dapat berupa tugas individu.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
Misalnya dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika lebih
mengedepankan kontekstual yang terjadi di masyarakat, seperti meningkatnya
pengangguran.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Misalnya untuk menunjang pencapaian kompetensi perlu
dilakukan secara fleksibel atas penyampaiaan materi dalam kegiatan
pembelajaran. Seperti mengamati gejolak perubahan Matematika yang terjadi
di masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor). Dalam silabus mata pelajaran Matematika penilaian lebih
menekankan pada ranah kognitif dan afektif. Seperti Mendeskripsikan
akuntansi sebagai sistem informasi maka penilaiannya meliputi kognitif dan
afektif.
i. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Silabus
a) Pengembangan silabus mata pelajaran bahasa Matematika lebih diarahkan
kepada pengembangan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan
tulisan yang mengintegrasikan empat (4) keterampilan berbahasa;
mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
b) Kreativitas yang tinggi dari guru dalam mengembangkan materi dan
metode pembelajaran sangat dituntut secara profesional.
c) Pada kegiatan pembelajaran yang ada di silabus, siswa dituntut untuk
terlibat secara lebih aktif (student center learning) dan guru sebagai
fasilitator.
d) Kegiatan dan materi pembelajaran diarahkan pada ciri khas kedaerahan
dan bersifat kontekstual.
e) Alokasi waktu yang ada dalam silabus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing.
f) Pengembangan kompetensi dasar ke dalam indikator sangat tergantung
pada materi dan kegiatan pembelajaran serta kreatifitas guru.
Hasil wawancara dengan Drs. Lasa, Kepala SMA Negeri 1 Klaten
(Senin, 31 Desember 2007, pukul 08.00) menegaskan bahwa
“Dalam menyusun silabus dapat menggunakan format yang sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan.. Dalam menyusun format urutan
KD, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator dan
seterusnya dapat ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan,
sejauh tidak mengurangi komponen-komponen dalam silabus”.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya
disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Standar nasional pendidikan (SNP) digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) selain mengacu pada SNP juga berpedoman pada
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterbitkan
oleh BSNP.
Salah satu bagian penting dari KTSP adalah Silabus. Silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Agar silabus
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi
peserta didik, potensi daerah diperlukan petunjuk teknis (Hasil wawancara
dengan Drs. Sunardi, guru matematika SMA Negeri 1 Klaten, Rabu, 3 Januari
2008, pukul 09.00).
Dalam dokumen ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan
pengembangan silabus mencakup prinsip-prinsip pengembangan silabus,
karakteristik mata pelajaran, langkah-langkah pengembangan silabus. Dengan
adanya petunjuk teknis dan contoh silabus ini diharapkan sekolah dapat
menyusun/ mengembangkan silabus secara mandiri sesuai karakteristik mata
pelajaran, kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah.
j. Langkah-langkah Penyusunan Silabus
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus meliputi tahap-tahap:
1) Identifikasi Standar Kompetensi / Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan
secara sistematis, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar
Isi. Selanjutnya perlu memperhatikan keterkaitan antara standar kompetensi
dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran Matematika, oleh karena itu
diperlukan pemetaan kompetensi. Pemetaan Kompetensi dapat dilakukan
dengan cara
1) Mengelompokan SK dan KD yang mempunyai materi pembelajaran sama,
tidak terbatas hanya dalam semester sama tetapi untuk seluruh tingkat.
2) Menentukan sistimatika penyajian dengan mempertimbangkan tingkat
kemudahan dan kebermanfaatan bagi peserta didik dalam mengusai
kompetensi.
3) Misalnya untuk membahas masalah geometri ada yang membahas
geometri datar dan geometri ruang yang diberikan oleh guru dalam
pembelajaran matematika di SMA, kemudian menggabungkan dengan
pengembangan silabus pada sudut ruang, diagonal, dan sebagainya. Di sini
peserta didik atau siswa akan dituntut untuk mampu menguasai materi
tersebut secara bertahap dan menyeluruh
2) Pengembangan indikator
Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur untuk
dibuat instrumen penilaiannya. Pengembangan indikator pencapaian harus
memperhatikan SK dan KD yang hendak dicapai.
3) Pengembangan materi
Materi pembelajaran meliputi materi pokok dan uraian materi pokok.
Pengembangan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan memotong kata
kerja operasional dari SK atau KD dimaksud.
4) Pengembangan kegiatan pembelajaran
Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang meliputi kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
fisik maupun mental yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan
bahan ajar.
5) Penetapan jenis penilaian
Penetapan jenis penilaian hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini
dilakukan berdasarkan indikator, mencerminkan alat penilaian yang akan
digunakan, indikator dalam satu KD dapat juga dijadikan alat ukur untuk KD
lainnya terutama pada penilaian berbasis kelas.
Misalnya untuk mencapai beberapa indikator dari satu atau beberapa KD
dilaksanakan penilaian proyek.
6) Penentuan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif
dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
KD, kompleksitas dan kebermanfaatan. Misal untuk mencapai kompetensi
trigonometri diperlukan alokasi waktu 4 x 45 menit.
7) Penentuan sumber / bahan / alat
Penentuan sumber / bahan / alat didasarkan pada standard kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian. Misalnya untuk memahami penyusunan persamaan pada kalkulus
diperlukan kemampuan menurunkan fungsi deferensial.
2. Aspek – aspek Penilaian
Aktivitas guru mengajar dapat dianalogikan dengan aktivitas melakukan
perjalanan di mana test /ulangan dapat disamakan dengan tujuan akhir dari
perjalanan itu. Bermanfaat atau tidaknya perjalanan itu tegantung dari prosesnya,
yang dalam hal ini adalah belajar. Apabila dalam perjalanan kita tidak mengetahui
tujuan tempat yang akan dituju bisa jadi kita ternyata menuju tempat yang salah.
Hal yang sama juga dapat terjadi pada proses mengajar. Seorang guru harus tahu
persis topik apa saja yang harus dipelajari oleh murid dalam periode waktu
tertentu sebelum memulai mengajar. Agar sasaran ini tetap terjaga , maka
tentukan terlebih dahulu topik-topik yang akan diuji dalam ulangan. Dengan
berbekalkan susunan topik ulangan tersebut, maka setiap kali guru mengajar,
fokus guru akan tetap tertuju pada topik yang akan diujiankan dan bukannya
melebar pada topik-topik lain
Hasil wawancara dengan Drs. Lasa (Rabu, 2 Januari 2008, pukul 11.00),
mengemukakan bahwa
“Dalam penilaian hasil belajar siswa perlu memperhatikan kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa secara komprehensif. Tidak sepotongsepotong,
sehingga siswa dinilai secara utuh dan menyeluruh. Dalam hal
ini secara rinci dan tabulasi dapat diperiksa lampiran 3”.
Sementara itu, Drs. Sutarno (Rabu, 2 Januari 2008, pukul 11.00),
menegaskan bahwa
“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Hasil wawancara dengan Drs. Sukirno, guru matematika SMA Negeri
1 Klaten, Senin, 7 Januari 2008, pukul 09.00)
“Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian
hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri. Hal-hal yang perlu diperhatikan, (1) untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan
indikator, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem
penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam kegiatan pembelajaran”
Hasil wawancara dengan Dra. Retno Adiati, guru matematika SMA
Negeri 1 Klaten, (Selasa, 8 Januari 2008, pukul 08.00)
Informasikan juga kepada orang tua mengenai visi ulangan ini Hal ini penting
karena kebanyakan orangtua menilai bahwa hasil ulangan adalah gambaran
tingkat kecerdasan anak mereka dan juga akan berpengaruh terhadap
kesempatan belajar anak mereka di kemudian hari. Masih banyak orangtua
yang tidak segan-segan bertanya kepada anak mereka: "Mengapa kamu hanya
mendapat delapan?" atau kapan jadwal ulangan yang akan datang. Karenanya
berikan kepada tiap orangtua kalendar jadwal ulangan yang telah di isi dan
selain itu informasikan juga kepada mereka kebijakan penilaian yang
diterapkan di sekolah berikut pandangan para guru dalam menilai hasil
jawaban murid pada waktu ulangan. Dengan berbekalkan penjelasan yang
lengkap dari guru, maka para orangtua nantinya akan dapat membantu anak
mereka dalam mempersiapkan diri menjelang ulangan atau tes.
Guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan
belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu
mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar
mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas
yang kondusif untuk pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang
kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya
suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa
adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu
dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram
pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa
baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program
dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program
pengajaran
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Aspek-aspek Pengembangan Silabus
Adanya kebijakan tersebut mengimplikasikan bahwa kurikulum tidak lagi
disusun oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada penyusunan kurikulum
terdahulu (Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1999, dan
KBK yang baru dipilotingkan dan disosialisasikan), akan tetapi kurikulum dibuat oleh
masing-masing satuan pendidikan yang sekarang dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Adanya kebijakan tersebut mengimplikasikan bahwa
kurikulum tidak lagi disusun oleh pemerintah sebagaimana yang terjadi pada
penyusunan kurikulum terdahulu (Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984, Kurikulum 1999, dan KBK yang baru dipilotingkan dan disosialisasikan), akan
tetapi kurikulum dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan yang sekarang dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar (PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20). Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian
Para guru dapat menggunakan hasil ulangan untuk mendorong murid menjadi
"murid aktif" dan memperoleh wawasan baru. Melalui analisa ulangan. Setelah
mengumpulkan dan memberi nilai pada kertas ulangan, bahas dan diskusikan
jawaban yang benar kepada murid sehingga murid bisa tahu persis apa yang
diharapkan guru dari mereka. Kemudian kembalikan kertas ulangan kepada para
murid dan minta mereka untuk menulis kembali jawaban yang benar tiap nomornya
di dalam kelas atau dirumah. Hal ini akan lebih memperkuat memori murid atas
jawaban yang benar tersebut dan juga mengajari secara tidak langsung cara belajar
yang efektif, meminta murid untuk menganalisa hasil yang dicapai. Tujuan dari
aktivitas ini adalah agar murid benar-benar sadar bahwa mereka juga harus
bertanggung jawab atas hasil ulangan yang mereka capai. Caranya, buat angket
pertanyaan dan minta murid untuk menjawabnya. Pertanyaan yang diajukan bersifat
analisis, seperti: apakah murid mengetahui topik yang diuji?Apakah murid telah
mempersiapkan diri sebelum ulangan? Seberapa baik mereka dalam menjawab
pertanyaan?,dll.Guru juga bisa bertanya apakah ada rencana perbaikan yang akan
mereka lakukan kalau mereka diberikan kesempatan untuk menjalani ulangan yang
sama lagi. Cara ini sangat membantu murid dalam memperbaiki dan menganalisa
kemampuan diri sendiri dalam mempersiapkan diri menjelang ulangan
2. Penilaian Hasil Belajar Siswa
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa
proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, (1) untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan indikator, (2)
menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem penilaian berkelanjutan,
(4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan
pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran
Apabila memungkinkan membuat kalender jadwal ulangan dan berikan
kepada tiap murid salinan dari kalendar tersebut. Kemudian minta setiap murid untuk
mengisi sendiri tanggal ulangan berikut topik atau material yang akan diuji.
Melalui fasilitas sekolah online yang dapat diakses melalui
www.sman1klaten.co.id. para guru dapat mencantumkan jadwal ulangan yang akan
diterapkan pada tiap waktu tertentu, misalnya ulangan harian, tengah semester,
semester, berikut kebijakan penilaian yang diterapkan di sekolah. Orang tua yang
juga memiliki akses atas situs www.sekolahindonesia.com ini dengan mudah dapat
mengetahui informasi tersebut. Cara ini akan jauh lebih praktis dibandingkan
membagikan kertas secara manual karena jadwal ulangan dapat diperbaharui setiap
saat oleh guru dengan mudah dan orangtua juga tidak perlu khawatir kehilangan
informasi tersebut karena data tersebut telah disimpan dalam database sekolah online.
Hasil ulangan juga dapat memberikan masukan positif kepada guru, karena
dapat memberikan gambaran seberapa sukses guru dalam mengajar. Hasil ulangan
juga membuka wawasan yang dapat digunakan guru untuk memperbaiki cara
mengajar mereka. Dengan menentukan apakah memang ada pola tertentu untuk bisa
sukses atau gagal, maka para guru dapat mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang
mereka miliki dalam mengajar berikut kelemahannya dan juga rencana mengajar
yang lebih baik.
Dengan cara ini maka dapat disimpulkan bahwa ulangan / tes memang dapat
membantu memperbaiki cara mengajar guru dari hulu ke hilir. Semua langkah yang
telah disebut diatas akan membantu guru untuk tetap terfokus pada Topik yang akan
diajarkan pada murid, Seberapa baik murid dalam belajar, Bagaimana menjadikan
murid lebih aktif dan semangat dalam belajarnya
0 komentar:
Posting Komentar