Kamis, 08 Mei 2014

REHABILITASI LAHAN KERING KRITIS UNTUK BUDIDAYA GAMBIR

Studi untuk mengevaluasi pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan di gambir lahan kering kritis bervegetasi alang-alang pada inti dari Gambir Pakpak Bharat telah dilakukan pada bulan Januari melalui Oktober 2013. Studi deskriptif metode ini dimaksudkan untuk mengevaluasi perkembangan pertumbuhan tanaman gambir sejauhmana situs penelitian berkaitan dengan status gizi dan tanah lain sifat kimia di tiga unit tanah, yaitu puncak bukit, lereng kembali dan bagian-bagian lereng lembah rendah. Tanah sampel setiap diambil sebanyak 12 poin yang dikompositkan ke 4 kelompok (seperti Ulangan) dengan kedalaman menangkap 0-20 cm dan 40-60 cm. hasil menunjukkan bahwa tingkat C-organik tanah menengah dan tinggi rasio c/n yang rendah ke moderat ke agar tidak dilakukan tidak belum memberikan pupuk organik (kompos/pupuk). Pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah belum/akan tidak perlu melakukan karena pH tanah masih cocok untuk pertumbuhan dan produksi Gambir. Pemberian pupuk N dan K adalah cukup setengah atau satu-sepertiga dari dosis karena kadar hara tergolong ke N am pada permukaan tanah dan rendah pada lapisan bawah tanah dan dipertukarkan K yang milik moderat untuk tinggi di atas lapisan dan lapisan bawah rendah. P pemupukan dan pemberian pupuk yang mengandung Ca dan Mg mutlak diperlukan karena tingkat P tersedia dan bahkan P-total serta tingkat Ca dan Mg dapat ditukar terolong sangat rendah. Gambir lebih baik pertumbuhan tanaman di tanah puncak dan lereng bukit gambir tanaman dibandingkan ditanam di dasar lembah/lereng.
Kata kunci: tanah kering kritis, Gambir, gizi dan sifat kimia tanah

PENDAHULUAN
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) adalah salah satu komoditi tanaman industri yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta prospek yang baik bagi petani dan juga sebagai pemasok luar negeri. Di Indonesia, Gambier hingga dekade sebelum ini biasa digunakan sebagai komponen untuk menyirih, yang dalam perkembangannya, Gambir memiliki banyak digunakan untuk mencampur obat-obatan, seperti luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, obat kumur-obat kumur, sariawan, sakit kulit (dibalurkan), membantu kelancaran proses pencernaan dalam perut dan usus, penyamak kulit dan tekstil pewarna. Saat ini, Gambier telah mengembangkan penggunaannya sebagai bahan baku utama untuk kayu lapis perekat dan partikel board, tetapi juga menciptakan sebagai bahan teh celup dan minuman menyegarkan seperti jus Birnas (campuran Gambir dan nanas), dan lain-lain.
Area memproduksi utama Gambir di Indonesia adalah tengah dan selatan Sumatera, dan umumnya dikenal berasal dari Sumatera Barat, terutama dari kota Kabupaten, dan lima puluh Pesisir Selatan. Gambir umumnya dibudidayakan di lahan dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan laut dengan datar ke lereng bukit agak topografi. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di halaman atau taman di tepi hutan. Budidaya biasanya semi intensif, jarang diberikan pupuk, tetapi pembersihan dan pemangkasan tetap berkomitmen.
Di daerah-daerah, penanaman sentra produksi Gambir umumnya dilakukan pada tanah yang bergelombang up berbukit dengan manajemen sangat sederhana. Munculnya tanaman di bentangan yang tidak seragam, ada yang sudah maju sekitar 50 tahun dan beberapa baru ditanam, serta Morfologi tanaman yang berbentuk semak dan mendaki sedikit dengan tetap berdiri, karena hanya tunas dipanen, dapat dimanfaatkan sebagai gambir konservasi tanaman. Dengan jarak tanam baris dan diatur sedemikian cara dan mengikuti garis kontur tersebut dapat memainkan peran pengendalian erosi dan limpasan permukaan yang pada gilirannya dapat bertindak sebagai tanaman rehabilitasi.
Selain di Provinsi Sumatera Barat, gambir juga banyak dikembangkan di Sumatera Utara. Penanaman dan produser Gambir di Sumatera Utara adalah Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Kabupaten Deli Serdang, dan Pakpak Bharat. Di Pakpak Bharat Gambier adalah salah satu komoditi terkemuka selain kopi, nilam, dan kemenyan. Gambir Pakpak Bharat sebagian atau bahkan hampir seluruhnya dikembangkan pada bukit-bukit dan tanah miring. Gambir perkebunan daerah Pakpak Bharat pada tahun 2009, yang sepenuhnya perkebunan, mencapai 700 ha dengan produksi yang mencapai 400 ton per tahun.
Dari Juli 2012 pemerintah Pakpak Bharat telah membuka Gambier perkebunan inti 100 hektar budidaya terjadi awal Desember 2012 sampai Maret 2013, terletak di desa dari Salak Kecamatan Mbinangaboang kalendar. Inti dari Gambir Pakpak Bharat siap untuk menjadi salah satu perusahaan di daerah Pakpak Bharat, dibuka di area kritis (yang ditinggalkan) dengan vegetasi sebelumnya yang didominasi alang-alang, dimaksudkan sebagai model perkebunan petani untuk menjadi pilot, keduanya

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Kami