Sabtu, 28 Juli 2012

modal awal untuk enterpreneur

Sebenarnya yang paling dibutuhkan untuk memulai usaha bukan modal uang, tetapi keberanian untuk terus mencoba, memulai usaha dengan langkah nyata. Kalo perlu dengan modal mimpi. Oleh karena itu, seorang entrepreneur jangan takut bermimpi, karena mimpi kita adalah tidak lain dari bagian visi kita yang akan menjadikan cetak biru (blue print) kenyataan. Oleh karena itu, rezeki yang kita inginkan bisa mengikuti mimpi kita, bahkan dalam banyak realitas, rezeki itu berbanding lurus dengan mimpi kita.
Jadi, bila kita sudah berani untuk memulai langkah, cobalah mewujudkan ide bisnis. Entrepreneur harus pantang berhenti. Yang harus dilakukan hanyalah mencoba dan terus mencoba. Untuk itu, logis kalau kita harus berani menghadapi kegagalan berulang-ulang dan anggaplah hal itu sebagai proses belajar menuju kesuksesan. Dengan demikian yang namanya kegagalan tak pernah kita kenal dalam kehidupan kita. Oleh karena di dalam diri seorang entrepreneur tidak mengenal kamus gagal, yang ada hanyalah berhenti mencoba. Untuk meraih sukses seorang entrepreneur itu tak kenal istilah berhenti mencoba! Jadi, gagal itu biasa, terus mencoba dan berani gagal lagi itu baru luar biasa! Jangan patahkan semangat dengan mengukur kegagalan kita tapi lihatlah berapa kali kita berani bangkit dan mencoba lagi!

sumber : http://www.purdiechandra.net/modal-awal/2009/04/modal-awal-entrepreneur-itu-cuma-berani-dan-mimpi/
»»  Baca Lebih Lanjut...

Emosi Dalam Bisnis

Emosi bisnis bagi Entrepreneur sangat penting perannya. Apalagi, dalam mengatasi tantangan persaingan bisnis di Milenium ketiga ini. Oleh karena, emosi memicu kreativitas inovasi kita. Emosi juga meng-aktifkan nilai-nilai etika, mendorong atau mempercepat penalaran kita dalam berbisnis. Bahkan tak hanya itu, emosi juga akan memotivasi kita, dan membuat kita nyata dan hidup.
Saya setuju dengan pendapat Josh Hammond, bahwa emosi adalah sesuatu yang punya makna penting bagi perusahaan. Menurutnya, emosi adalah pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Dan meskipun, emosi tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan rasioanalitas.
Pendapat hampir serupa diungkapkan Robert K. Cooper yang mengatakan, bahwa pada umumnya, emosi lebih jujur dari pada pikiran atau nalar. Menurtunya, emosi juga memiliki kedalaman dan kekuatan, sehingga dengan bahasa latin, misalnya, emosi dikatakan sebagai  motus  anima, yang artinya “jiwa ynag menggerakan kita”.
Mengapa saya melukiskan gambaran begitu, terutama bagi seorang Entrepreneur yang setiap harinya selalu menghadapi tantangan di dalam menggeluti bisnisnya? Itu karena, selama ini kita mungkin belum menyadari atau menghargai secara sebenarnya maka penting emosi itu sendiri.
Kita lebih menangkap pengertian emosi dari makna konvesional. Sehingga, emosi di anggap sebagai lambang kelemahan, bahkan tak boleh ada dalam bisnis, harus dihindari, dan membingungkan. Kita juga cenderung suka menghindari orang yang emosional, hanya pikiran yang diperhatikan dan suka menggunakan kata-kata tanpa emosi.
Tidak hanya itu, emosi juga dikatakan menganggu penilaian yang baik, mengalihkan perhatian kita, tanda kerentanan, menghalangi mekanisme control, memprelemah sikap-sikap yang sudah baku, menghambat aliran data objektif, merumitkan perencanaan manajemen, dan mengurangi otoritas.
Padahal emosi itu sendiri menurut Cooper adalah sumber energi. Sementara rekannya, Voltaire berpendapat emosi adalah “bahan bakar”. Sehingga berbisnis tanpa disertai dengan emosi, seolah tanpa ada gairah. Saya sendiri juga merasakan hal yang sama seperti itu.
Hal itu juga akan membuat kita tak lagi memiliki keberanian berwirausaha, apalagi bersaing. Padahal, dunia bisnis penuh persaingan. Mereka yang bisa eksis usahanya adalah mereka yang menang dalam bisnis kita.
Sebenarnya, telah banyak studi yang mengungkapkan, bahwa emosi penting sebagai “energy efektif” untuk nilai-nilai etika, misalnya kepercayaan, integritas, empati, keuletan, dan kredibilitas serta untuk modal sosial. Hal tersebut dapat berupa kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan bisnis yang menguntugkan, serta didasarkan pada saling percaya.
Saya yakin, wirausahawan atau Entrepreneur akan lebih minat ke sesuatu yang punya makna penting daripada makna konvesional. Oleh karena, seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki visi bisnis, dan selalu ingin mengubahnya menjadi realita bisnis.
Dia tahu, bahwa mengubah visi menjadi realita lebih berupa kerja keras daripada nasib baik. Begitu juga halnya dengan emosi. Bukan lambang kelemahan, tapi dianggapnya sebagai lambang kekuatan dalam bisnisnya. Sehingga,meski persaingan bisnis di era millennium ketiga bakal ketat, namun dia akan tetap terus bergerak maju.

sumber : http://www.purdiechandra.net/kecerdasan-emosional/2009/11/emosi-dalam-bisnis/
»»  Baca Lebih Lanjut...

Kamis, 26 Juli 2012

Cara Termudah Dapat $10 Dollar Gratis Dan Profit Harian

Kali ini saya ingin berbagi yang kesekian kalinya, Cara termudah dapat dollar dari bisnis online di bawah perusahaan frederick mann, namanya JSS tripler. mendapatkan dollar di bisnis ini sangat mudah karena saya sendiri saat ini sudah mencoba atau mempraktekkan, ternyata mencari dollar tidak sesusah apa yang saya bayangkan sebelumnya.
Cari Dollar Susah dulu?
Saya mulai belajar bisnis online 3
»»  Baca Lebih Lanjut...

Rabu, 25 Juli 2012

Nasib Karyawan Sejati


Ini adalah gambaran real nasib karyawan sejati, Kerja berat sudah pasti, gak percaya kalo jadi karyawan ya resiko haru kerja berat, Salah sedkiti di caci maki kl yang ini tergantung bosnya sih.. kl bosnya baik, pastinya di nasehati dulu, kecuali kalau salahnya berkali-kali,  Loyalitas harga mati, ya jelas dong jadi karyawan harus loyal, sama majikan, tak loyal di mutasi, pulang cepat di marahin
»»  Baca Lebih Lanjut...

Rabu, 18 Juli 2012

Ingin mulai bisnis.. Dahulukan otak kanan.. Kombinasikan otak Kiri!

Beberapa Hari ini Rabu 18 Juli 2012, selama 5 hari saya mengikuti kegiatan KKMB (Konsultan Keuangan Mitra bank) saya amati dari satu materi ke materi berikutnya yang  disampaikan para bankir baik dari BNI, BRI, Mandiri, BPD, ada suatu kesimpulan kecil.. yang saya dapatkan  Ternyata bank tidak memihak pada orang-orang miskin, yah bank hanya percaya kepada orang kaya, karena meminjam di bank harus
»»  Baca Lebih Lanjut...

Sabtu, 14 Juli 2012

Etika dalam praktik bisnis (V)

Masalah Etis Seputar Konsumen
Konsumen merupakan stockholder yang sangat penting dalam bisnis modern. Bisnis tidak mungkin berjalan jika tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis. Dalam hal ini tentu saja tidak cukup, bila konsumen tampil satu kali saja pada saat bisnis dimulai. Supaya bisnis berkesinambungan, diperlukankonsumen yang secara teratur memakai serta membeli produk atau jasa tersebut  dan demikian akan emnjadi pelanggan.
Pelanggan menduduki posisi kunci untuk menjamin sukses setiap bisnis besar ataupun kecil. “The customer is king” sebenarnya tidak merupakan slogan saja yang bermaksud menarik sebanyak mungkin pembeli. Ungkapan ini sekaligus menunjukan tugas pokok bagi produsen atau penyedia  jasa yaitu mengupayakan kepuasan konsumen. Pelanggan adalah raja dalam arti bahwa dialah yang harus dilayani dan dijadikan tujuan utama kegiatan produsen. Tidak mengherankan, kalau Peter Drucker, perintis teori manajemen, menggaris bawahi peranan sentral pelanggan atau konsumen dengan menandaskan bahwa maksud bisnis bisa didefinisikan secara tepat sebagai “to create a customer”.
Bahwa konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja merupakan tuntutan etis, melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis. Sebagaimana halnya dengan banyak topik etika bisnis lainya, disinipun berlaku bahwa etika dalam praktek bisnis sejalan dengan kesuksesan dalam bisnis. Perhatian untuk etika dengan hubunganya dengan knsumen, harus di anggap penting demi kepentingan bisnis itu sendiri. Perhatian untuk segi-segi etis dari relasi bisnis konsumen itu mendesak, karena posisi konsumen sering kali agak lemah.
Walaupun konsumen digelari raja, pada kenyataanya ”kuasanya” sangat terbatas karena berbagai alasan. Antara lain daya belinya tidak seperti dinginkan sehingga ia tidak sanggup mengungkapkan preferensinya yang sesungguhnya. Apa yang pada kenyataanya dibeli oleh konsumen, belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya ingin dibelinya. Berikutnya, pengetahuanya tentang produk atau jasa yang tersedia dipasaran tiap kali tidak cukup untuk mengambil keputusan yang tepat. Hal ini berlaku secara khusus dalam situasi pasar bebas yang modern, di mana ia bisa memilih antara aneka macam produk dan jasa yang berbeda.  
Konsumen tidak memiliki keahlian manupun waktu untuk menyelidiki tepat tidaknya mutu dan harga dari begitu banyak produk yang ditawarkan. Dalam konteks modern, konsumen justru mudah dipermainkan dan dijadikan korban manipulasi produsen. Karena itu bisnis mempunyai kewajiban moral untuk melindungi konsumen dan menghindari terjadinya kerugian baginya.

Hak-Hak Konsumen
Hak atas keamanan 
Banyak produk mengandung risiko tertentu untuk konsumen, khususnya risiko untuk kesehatan dan keselamatan. Konsumen berhak atas produk yang aman, artinya produk yang tidak mempunyai kesalahan teknis atau kesalahan lainya yang bisa merugikan kesehatanya atau bahkan membahayakan hidupnya. Bila sebuah produk pada hakekatnya selalu mengandung risiko itu harus dibatasi sampai tingkat seminimal mungkin.
Hak atas informasi  
Konsumen berhak mengetahui segala informasi yang relevan mengenai produk yang dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu (bahan bakunya, umpamanya), maupun bagaimana cara memakainya, maupun juga risiko yang menyertai pemakaianya. Hak ini meliputi segala aspek pemasaran dan periklanan. Jika suatu produk diberi garansi untuk jangka waktu tertentu, segala syarat dan konskuensinya harus di  jelaskan secara lengkap.
Hak untuk memilih       
Walaupun hak pertama dan kedua tadi bisa dianggap paling penting, masih ada hak lain yang pantas dimiliki konsumen. Dalam sistem ekonomi pasar bebas, dimana kompetisi merupakan unsur hakiki, konsumen berhak untuk memilih antara berbagai produk dan jasa yang ditawarkan. Kualitas dan produk bisa berbeda. Konsumen berhak untuk membandingkanya, sebelum keputusan untuk membeli.
Hak untuk didengarkan 
Karena konsumen adalah orang yang menggunakan produk atau jasa, ia berhak bahwa keinginannya tentang produk atau jasa itu didengarkan dan dipertimbangkan, terutama keluhannya. Hal ini bahwa berarti juga bahwa konsumen harus dikonsultasikan, jika pemerintah ingin membut peraturan atau undang-undang yang menyangkut produk atau jasa tersebut.
Hak lingkungan hidup   
Melalui produk yang digunakanya, konsumen memanfaatkan sumber daya alam. Ia berhak bahwa produk dibuatdemikian rupa, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan atau merugikan keberlanjutan proses-proses alam. Konsumen boleh menuntut bahwa dengan memanfaatkan produk ia tidak akan mengurangi kualitas kehidupan di bumi ini. Dengan kata lain, ia berhak bahwa produk itu ramah lingkungan.
Hak konsumen atas pendidikan 
Tidak cukup, bila konsumen mempunyai hak, ia juga harus menyadari haknya. Bahkan menyadari hak saja belum cukup, karena konsumen harus mengemukakan kritik atau keluhanya bila haknya dilanggar. Karena itu konsumen mempunyai hak juga untuk secara positif dididik ke arah itu. Terutama di sekolah dan melalui media massa, masyarakat harus dipersiapkan menjadi konsumen yang kritis dan sadar akan haknya. Dengan itu ia sanggup memberikan sumbangan yang berarti pada mutu kehidupan ekonomi dan mutu bisnis pada umumnya.
»»  Baca Lebih Lanjut...

Etika dalam praktik bisnis (IV)


Prinsip dalam Pengambilan Keputusan yang Beretika
Prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu:
a.      Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist)
Adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak) keputusan tersebut.
b.      Prinsip non-konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist)
Terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan bukan akibat, antara lain:

-       Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain.
-       Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu, hak, kejujuran, dan kesamaan. Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: keadilan distributif, keadilan retributif, dan keadilan kompensatoris.
·            Keadilan distributif, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit.
·            Keadilan retributif, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan.
·            Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.
Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Untuk menghasilkan suatu etika di dalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.

Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menciptakan Etika Bisnis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis, antara lain sebagai berikut:
1.        Pengendalian diri
Artinya pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.
2.        Pengembangan tanggung jawab sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda.
Jadi, dalam keadaan excess demandpelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dan lain-lain.
3.        Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4.        Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5.        Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan di masa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak mengeksploitasi lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6.        Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
7.        Mampu menyatakan yang benar itu benar
Contohnya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "kata belece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
8.        Menumbuhkan sikap saling percaya antar golongan pengusaha
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9.        Konsekuen dan konsisten dengan aturan main bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
10.    Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11.    Menuangkan ke dalam hukum positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi peraturan perundang-undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
»»  Baca Lebih Lanjut...

Etika dalam praktik bisnis (III)


Pentingnya Etika dalam Proses Bisnis
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Jika sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakkan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan di bidang ekonomi.

Perspektif Etika Bisnis
Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro.
a.      Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada sistem pasar yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat efektif, yaitu:
-          Hak memiliki dan mengelola properti swasta.
-          Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa.
-          Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa.
Jika salah satu subsistem dalam sistem pasar melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara makro.
Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro:
-          Penyogokan atau suap yang dapat mengakibatkan berkurangnya kebebasan memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan.
-          Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.
-          Deceptive information.
-          Pecurian dan penggelapan.
-          Unfair discrimination.
b.      Perspektif  Bisnis Mikro
Dalam Lingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada lingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.
»»  Baca Lebih Lanjut...

Posting Kami