TEORI PERMINTAAN AKAN UANG KLASIK DAN KEYNES
Perkembangan Teori Moneter
Dalam membahas mengenai perkembangan teori moneter, kita lebih menitikberatkan pada teori moneter mengenai permintaan akan uang karena hal inilah yang merupakan bidang yang sejak awal menjadi kancah perdebatan antara berbagai aliran teori moneter. Sedangkan dalam teori penawaran uang tidak dijumpai perbedaan-perbedaan yang fundamental seperti halnya teori permintaan uang. Kesepakatan para ekonom nampak lebih nyata disini.
Pada mulanya teori yang terutama memusatkan pembahannya pada nilai uang dalam jangka panjang (long run) dan faktor-faktor yang menentukan tingkat harga umum. Dalam membahas persoalan ini kemudian muncul sarjana-sarjana yang saling berbeda pendapat.
Kelompok Pertama
Menganggap bahwa uang diterima masyarakat karena uang itu dibuat dari barang-barang berharga ataupun karena uang itu dapat ditukarkan secara bebas dengan barang-barang berharga tadi. Inilah yang menjadi dasar perkembangan kelompok ”Commodity Theory”.
Kelompok Kedua
Mengatakan bahwa, uang diterima masyarakat karena setiap orang menhetahui uang itu dapat ditukarkan dengan barang-barang dan jasa-jasa, dengan kata lain bukan karena nilai intrinsiknya akan tetapi karena uang itu mempunyai kualitas alat pembayaran dalam masyarakat. Pendapat inilah yang menjadi dasar Quantity Theory yang disebut ”Pure Quantity Theory”. Dalam Quantity Theory ini ada beberapa pandangan yang akan dijelaskan sejak awal perkembangannya. Quantity Theory (teori Kuantitas) adalah teori yang menjelaskan nilai uang.
Perkembangan Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) dari Mazhab Klasik.
Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo
Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach
Income Flow Equation of Exchange
Cambridge Equation of Exchange
Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo
Ricardo telah memecahkan masalah nilai uang dengan memperhatikan hubungan yang lurus antara jumlah uang dengan harga barang. Dia telah mengambil kesimpulan bahwa jumlah uang dengan nilai uang mempunyai hubungan terbalik.
Bila pendapat itu dihubungkan dengan harga maka pendapat Ricardo diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
“Bila jumlah uang naik dua kali lipat, hargapun akan naik dua kali lipat, demikian pula sebaliknya”
Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo
Rumus:
M = k.p atau P = 1/k.M
M = Jumlah Uang Beredar P = Tingkat harga
K = Merupakan factor proporsional yang konstan
Dengan kata lain teori Ricardo menyatakan bahwa jumlah uang langsung proporsional terhadap tingkat harga atau tingkat harga langsung proporsional dengan jumlah uang.
P = f(M)
Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo
Maka apbila M (jumlah uang beredar) naik dua kali maka harga akan naik dua kali pula. Karena itu untuk menstabilkan tingkat harga hanya diperlukan stabilisasi jumlah uang.
Teori kuantitas ini terlalu sederhana, karena tidak memperhitungkan faktor cepatnya peredaran uang atau V, atau faktor permintaan terhadap uang. Lagi pula teori tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat.
Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach
Ini merupakan penyempurnaan daripada teori yang sebelumnya dilakukan oleh Irving Fisher. Ia menyatakan bahwa yang menentukan nilai uang ada 3 faktor yaitu:
Jumlah uang beredar (M)
Cepatnya peredaran uang (V)
Jumlah barang yang diperdagangkan atau volume barang yang diperdagangkan (T)
Rumus Fisher, Transaction Equation adalah:
MV = PT atau P = MV/T
Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach
Persamaan MV = PT menyatakan bahwa jumlah total uang yang dikelurkan oleh pembeli sama dengan jumlah total uang yang diterima oleh penjual. Saat ini, yang dimaksud dengan M adalah uang giral ditambah dengan uang kartal. Seperti diketahui bahwa kaum klasik beranggapan:
• Uang hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
• Dalam jangka pendek Velocity of Money adalah tetap
• Barang-barang dan jasa-jasa jumlahnya tetap karena perekonomian dianggap sudah mencapai full employment
Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach
Berdasarkan tiga anggapan diatas maka sebenarnya teori Fisher dapat dikatakan ”bahwa dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan supply uang (M). Hal ini sama dengan pendapat Crude Quantity Theori dari Ricardo.
Income Flow Equation of Exchange
Variasi lain daripada teori kuantitas uang adalah income flow equation of exchange yang dapat dinyatakan denga rumus sebagai berikut:
MVy =PyTy atau Py= MVy/Ty
M = Jumlah uang beredar
Vy = Income velocity dari uang
Py = Harga rata-rata semua barang dan jasa yang tercakup dalam Ty
Ty = Volume barang jadi (barang akhir) dan jasa yang diperdagangkan
Income Flow Equation of Exchange
Ini berarti persamaan tersebut menyatakan bahwa pendapatan nasional sama dengan jumlah total pengeluaran untuk barang-barang jadi (Akhir).
M adalah sama dengan M pada transaction equation. Vy lebih kecil dari V karena Vy hanya meliputi jumlah pengeluaran uang yang digunakan untuk konsumsi barang-barang akhir saja.
Variabel Vy danTy dari pada Income flow equation adalah lebih realistis lagi dibandingkan dengan V dan T dari Transaction equation Irving Fisher.
Cambridge Equation of Exchange
Merupakan bentuk lain dari teori kuantitas daripada uang yang dikemukakan oleh Marshall, Pigou, Robertson dan Keynes. Cambridge Equation mengenal dua versi, yaitu:
Cash balance Equation: M=k.PT
Income Version: M=k.PQ=ky
Cash Balance Equation
M = k.PT (D.H. Robertson)
K = Kebalikan dari V
Jika V menunjukkan beberapa kali tiap-tiap rupiah berpindah tangan dari yang satu ke yang lainnya dalam suatu jangka waktu tertentu, maka k menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah mengaso didalam kas selama jangka waktu tertentu, jadi K = 1/v, maka secara ilmu hitung rumus MV = PT sama dengan rumus M = k.PT
Income Version
M = k.PQ = kY (Marshall)
Rumus: M = k.Y
M = Jumlah uang beredar
k = Bagian dari pendapatan nasional yang ingin dipegang dalam bentuk uang
Y = Pendapatan Nasional
Kalau teori kuantitas yang lain lebih menitikberatkan pada hubungan antara uang dan harga, maka rumus Mashal merupakan hubungan antara Jumlah uang dengan pendapatan nasional.
Teori Marshal ini merupakan dasar dari ”demand for money”. Selanjutnya pandangan dari Marshal (kY) inilah, benih “liquidity Preference Theory” dari Keynes.
Kesimpulan dari Teori Kuantitas secara umum
Adanya tambahan JUB akan dibelanjakan semua tanpa dipikirkan kemungkinannya untuk ditabung
Velocity of money (V) dan volume transaksi (T) dianggap tetap dan hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor nonmoneter (faktor kelembagaan.
Tambahan JUB tidak akan mempengaruhi sector riel (classical dichotomy)
Tingkat harga umum akan selalu berubah mengikuti JUB
Income Payment Approach (Liquidity Preperence) J.M. Keynes
Keynes membedakan 3 motif untuk apa orang menahan uang. Berdasarkan “psychological Law of Consumers Behavior” yaitu:
Transaction Motive (motif transaksi)
Precautionary motive (motif berjaga-jaga)
Speculative motive (motif spekulasi)
Income Payment Approach (Liquidity Preperence) J.M. Keynes
Adanya tiga motif inilah yang menimbulkan tiga macam demand terhadap uang , yaitu:
Demand untuk transaksi
Demand untuk keperluan berjaga-jaga
Demand untuk keperluan spekulasi
Income Payment Approach (Liquidity Preperence) J.M. Keynes
Demand Untuk Keperluan transaksi :
Lt = Lt (Y)
Artinya permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga tergantung pada tingkat pendapatan (Y)
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga
Perlunya seseorang ataupun masyarakat (pemerintah) selalu menginginkan memegang uang kas untuk tujuan-tujuan ini disebabkan karena penerimaan tidak selalu selaras (sepadan) dengan pengeluaran. Hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan waktu atau time lag antara penerimaan dan pengeluaran uang.
Permintaan uang untuk tujuan transaksi meningkat jika penerimaan dan pengeluaran tidak sinkron pada berbagai keadaan, hutang-hutang tidak secara sempurna dapat dibagi atau ada biaya (transaksi) untuk membuat hutang. Permintaan uang untuk transaksi dianggap tergantung pada tingkat pendapatan
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga
Permintaan uang untuk berjaga-jaga merupakan refleksi dari ketidaktentuan yang menyangkut (berkaitan dengan) pendapatan dan pengeluaran. Mengikuti pendapat Keynes, kita anggap bahwa permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga adalah fungsi daripada tingkat pendapatan (Y).
Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga dikaitkan dengan pendapatan adalah sejalan bahwa cadangan untuk sesuatu hal yang tak terduga dikaitkan dengan skala operasinya.
Kurva Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga
Income Payment Approach (Liquidity Preperence) J.M. Keynes
Demand untuk keperluan spekulasi :
LL = Li
Artinya permintaan uang untuk keperluan spekulasi tergantung pada tingkat bunga i
Permintaan uang untuk spekulasi
Uang kas diinginkan untuk dipegang karena uang ini dapat melakukan spekulasi pada tingkat bunga yang akan datang.
Spekulasi ini dikaitkan dengan ketidaktentuan harapan (Uncertainty expectation) dari tingkat bunga yang akan datang.
Tujuan spekulasi pemegangan uang kas adalah: mencari untuk atau menghindari kerugian dari perubahan nilai-nilai obligasi.
Permintaan uang untuk spekulasi
Yang dimaksud dengan spekulasi disini adalah spekulasi dalam surat-surat berharga khususnya obligasi. Para spekulan membeli surat-surat berharga (obligasi) pada waktu obligasi murah, dan menjulanya pada waktu surat obligasi mahal. Dengan cara begini spekulan mendapat keuntungan.
Jadi menurunnya harga obligasi mempunyai tendensi yang mengakibatkan jumlah uang diminta masyarakat dengan motif spekulasi berkurang. Sebaliknya, meningkatnya harga obligasi akan mengakibatkan jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat dengan motif spekulasi meningkat.
Hubungan antara tingkat bunga dengan surat obligasi adalah meningkatnya tingkat bunga bertendensi mengakibatkan menurunnya harga obligasi (Pob) dan sebaliknya menurunnya tingkat bunga bertendensi mengakibatkan meningkatnya harga obligasi.
Permintaan uang untuk spekulasi
Kesimpulan teoritis tentang motif spekulasi dari Keynes adalah: pada waktu tingkat bunga tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat untuk motif spekulasi sedikit, sedangkan pada waktu tingkat bunga rendah jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat untuk motif spekulasi besar. Berarti tingkat bunga dan motif memegang uang untuk spekulasi mempunyai hubungan terbalik
Kurva Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Fungsi permintaan uang dari Keynes (Fungsi Liquidity Preference) Fungsi penawaran uang dan liquidity trap
Bentuk fungsi permintaan akan uang (preferensi likuiditas) dalam jangka pendek, terutama merupakan fungsi dari pendapatan dan tingkat bunga yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
L = L (Y,i) atau L = LT (Y) + LS (i)
Permintaan transaksi dan berjaga-jaga. LT = LT (Y) adalah searah dengan perubahan pendapatan. Permintaan uang untuk spekulasi LS = LS (i) adalah berlawanan dengan tingkat bunga. Total permintaan uang : L (Y,i) menjadi L = LT (Y) + LS (i).
Kurva Permintaan Uang Total
Perbedaan Teori Moneter Klasik dan Teori Moneter Keynes
Perbedaan Teori Moneter Klasik dan Teori Moneter Keynes
Perbedaan Teori Moneter Klasik dan Teori Moneter Keynes
0 komentar:
Posting Komentar