Rabu, 29 Desember 2010

Audit Proses Pendanaan: Hutang Jangka Panjang


1.      Audit Utang Jangka Panjang

Jenis umum utang jangka panjang meliputi wesel, obligasi, dan hipotek. Jenis pendanaan utang yang lebih rumit meliputi pinjaman hipotek berjaminan, perjanjian beli kembali, dan perjanjian pembelian kembali, swap tingkat bunga, transaksi berjangka keuangan, derivatif, dan instrumen keuangan lainnya.Utang sewa guna usaha yang dikapitalisasi juga menunjukkan suatu bentuk utang jangka panjang. Utang jangka panjang memiliki beberapa fitur yang dapat mempengaruhi prosedur audit yang digunakan. Misalnya, utang bisa dikonversi menjadi saham atau utang tersebut bisa digabungkan dengan surat hak beli saham atau waran, opsi, atau hak yang dapat ditukar dengan saham. Utang bisa ditembus dengan kondisi-kondisi tertentu, atau utang tersebut bisa memerlukan pembentukan dana pelunasan untuk memastikan pelunasannya. Utang bisa dijamin atau tidak dijamin dengan aktiva entitas.
Auditor harus memastikan bahwa jumlah yang tertera pada neraca untuk berbagai jenis utang jangka panjang tidak disalah sajikan secara material. Assurance ini akan diperluas ke pengakuan beban bunga dalam laporan keuangan dengan tepat. Pendekatan untuk audit utang jangka panjang bervariasi tergantung pada frekuensi aktvitas pendanaan entitas. Untuk entitas yang sering melakukan aktivitas pendanaan, auditor bisa mengikuti strategi ketergantungan dimana pengendalian internal dievaluasi dan pengujian pengendalian dilakukan untuk menetapkan risiko pengendalian. Bagi perusahaan akan lebih efisien bagi auditor untuk mengikuti strategi substantif dan melakukan audit terinci atas utang jangka panjang dan akun-akun bunga terkait.

1.1.  Penentuan Risiko Pengendalian Utang Jangka Panjang

Penentuan risiko pengendalian untuk utang jangka panjang berfokus pada jenis umum prosedur yang haru sada untuk meminimalkan kemungkinan salah saji material. Asersi yang menjadi perhatian utama auditor adalah keterjadian, otorisasi, kelengkapan, penilaian, dan pengungkapan klasifikasi. Pemisahan tugas yang tepat merupakan hal penting untuk memastikan ketepatan utang jangka panjang.

1.2.  Prosedur Pengendalian Dan Pengujian Transaksi Utang Jangka Panjang

Terdapat beberapa pengendalian umum yang harus ada untuk kepentingan asersi atas utang jangka panjang, yaitu:


  1. Keterjadian Dan Otorisasi
Entitas harus memiliki pengendalian untuk memastikan bahwa adanya pinjaman jangka panjang secara layak dimulai oleh orang yang memiliki otorisasi. Kecukupan dokumentasi harus memverifikasikan bahwa wesel atau obligasi diotorisasi dengan layak. Adanya kecukupan dokumentasi, memungkinkan auditor untuk menilai bahwa transaksi tersebut telah dilaksanakan dengan tepat atau tidak. Adanya perjanjian utang yang dignifikan harus disetujui oleh dewan komisaris atau oleh eksekutif yang telah didelegasikan wewenang ini. Entitas yang sering melakukan aktivitas peminjaman harus memiliki pengendalain umum atau khusus. Jika direktur keuangan atau eksekutif yang sama bertanggung jawab terhadap pelaksanaan maupun akuntansi transaksi utang jangka panjang, badan eksekutif lainnya harus memberikan review dan persetujuan menyeluruh dalam risalah. Jka klien memiliki pengendalian yang layak atas penerbitan transaksi utang akan lebih mudah bagi auditor menguji transaksi tersebut untuk asersi kelengkapan dan otorisasi pada akhir periode.
  1. Kelengkapan
Klien harus memlihara catatan rinci ynag memadai atas transaksi utang jangka panjang untuk memastikan bahwa seluruh pinjaman dan pembayaran kembali pokok utang serta bunganya dicatat dengan memadai. Satu pendekatan untu menangani transaksi utang terinci adalahmemelihara buku besar pembantu yang berisi informasi mengenai seluruh utang jangka panjangyang dipinjam oleh klien. Jumlah utang yang dicatat dibuu besar pembantu harus direkonsiliasikan ke akun pengendali buku besar umum secara teratur.
  1. Penilaian
Transaksi wesel dan obligasi dicatat dalam catatan akuntansi pada nilai nominalnya ditambah  atu dikurangi adanya premi atau diskonto. Premi atau diskonto harus diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif untuk menghitung beban bunga. Kadang kala entitas menanggung biaya penerbitan seperti biaya penjamin emisi, biaya hukum dan biay akuntansi. Biaya seperti itu harus dicatat sebagai beban yang ditangguhan dan diamortisasi selama umur utang. Isu penilaian untuk investasi pendanaan yang rumit adalah jauh lebih kompleks. Meskipun klien memiliki prosedur pengendalian untuk memastikan bahwa utang jangka panjangdinilai dengan tepat, klien bisa meminta auditor untuk membantu dalam pencatatan utang secara memadai.


  1. Pengungkapan-Klasifikasi
Pengendalian harus memastikan bahwa wesel dan obligasi diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan. Isu utamanya adalah untuk mengklasifikasikan dengan tepat bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo tahun depan sebagai kewajiban jangka pendek.
Klien harus memiliki prosedur pengamanan yang memadai jika ada wesel atau obligasi yang tidak diterbitkan untuk menghindari kehilangan karena pencurian. Prosedur harus tersedia untuk inspeksi periodik oleh orang yang independen baik mengenai tanggung jawab keamanan maupun akuntansi utang jangka panjang.

1.3.  Prosedur Analisis Substantif Atas Utang Jangka Panjang

Strategi substantif untuk mengaudit utang jangka panjang mencakup pemeriksaan adanya perjanjian utang yang baru, penentuan status perjanjian utang yang lama, dan pengonfirmasian saldo serta informasi relevan lainnya kepada pihak-pihak luar.
Prosedur analitis substantif sangat bermanfaat dalam mengaudit beban bunga dikarenakan hubungan langsung antara tingkat bunga yang disajikan dengan jumlah utang jangka panjang. Auditor dapat mengestimasi beban bunga melalui perkalian saldo 12 bulanan utang jangka panajang dengan rata-rata tingkat bunga. Kewajaran beban bunga dapat ditentukan dengan membandingkan estimasi ini terhadap jumlah beban bunga yang tercatat dalam buku besar. Jika jumlah keduanya tidak berbeda secara material, auditor dapat menyimpulkan bahwa beban bunga disajikan secara wajar.
Umumnya auditor memulai audit utang jangka panjang dengan memperoleh skedul analisis wesel bayar, utang obligasi, dan utang bunga. Skedul tersebut meliputi informasi pihak penerima pemabayaran, tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, jumlah dasar, jaminan, dan beban bunga yang dibayar, dan yang masih terutang.
Asersi yang paling penting diuji, yaitu setiap instrumen utang dikonfirmasikan ke kreditor dan mencakup permintaan untuk memverifikasi jumlah yang dipinjam dan tanggal terakhir bunga dibayarkan. Konfirmasi utang dan bunga yang masih harus dibayar memberikan bukti atas asersi keberadaan, kelengkapan, dan penilaian. Jika utang klien dijamin oleh pihak lain, konfirmasi harus dikirim ke penjamin untuk mengkonfirmasikan jaminan tersebut. Auditor juga memeriksa tanggal jatuh tempo utang untuk memastikan klasifikasi yang tepat antara kewajiban lancar dan jangka panjang. Auditor juga memeriksa perjanjian utang untuk adanya perjanjian yang bersifat membatasi yang memerlukan pengungkapan dalam catatan kaki.

2.      Audit Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham meliputi saham biasa, saham preferen, modal yang disetor, dan laba ditahan. Terdapat tiga jenis transaksi utama yang menimbulkan ekuitas pemegang saham:
a.       Penerbitan saham (penjualan saham untuk sejumlah kas; pertukaran saham dengan aktiva, atau utang yang dapat dikonversi; serta penerbitan saham untuk tuuan pemecahan saham).
b.      Pembelian kembali saham (perolehan kembali saham dan penarikan kembali saham).
c.       Pemabayaran dividen (pembayaran dividen kas atau penerbitan dividen saham).

2.1.  Penentuan Risiko Pengendalian Ekuitas Pemegang Saham

Strategi substantif sering digunakan untuk mengaudit ekuitas pemegang saham karena jumlah transaksi yang umumnya sedikit. Meskipun risiko pengendalian kemudian dapat ditentukan pada tingkat maksimum, auditor masih harus memahami jenis-jenis pengendalian yang ditempatkan untuk mencegah salah saji material dalam transaksi ekuitas. Banyak entitas-entitas besar menggunakan pendaftar, agen transfer, dan badan pembayar dividen independen untuk memperoses dan mencatat transaksi ekuitas. Hal tersebut memungkinkan auditor memperoleh bukti yang cukup dengan memberikan informasi yang relevan dengan pihak-pihak tersebut. Jika entitas menggunakan karyawannya sendiri untuk melakukan fungsi transfer saham dan pembayaran dividen, auditor perlu melakukan pengujian yang lebih rinci atas catatan dan transaksi yang terkait dengan saham yang terjadi selama periode audit.   

2.2.  Prosedur Pengendalian Dan Pengujian Transaksi Ekuitas Pemegang Saham

Asersi utama untuk ekuitas pemegang saham:
  1. Verifikasikan bahwa transaksi saham dan dividen sesuai dengan anggaran perusahaan (keterjadian).
  2. Verifikasikan bahwa transaksi saham dan dividen telah dibukukan dan diikhtisarkan dengan tepat dalam catatan akuntansi (akurasi).
  3. Verifikasikan bahwa transaksi saham dan dividen telah disetujui dengan layak (otorisasi).
  4. Verifikasikan bahwa transaksi saham dan dividen telah dinili dengan tepat (valuasi/penilaian).


3.      Audit Akun Modal Saham

Akun modal saham meliputi saham biasa, saham preferen, dan modal disetor. Pada saat mengaudit akun modal saham auditor biasanya dipautkan dengan asersi keterjadian, kelengkapan, penilaian, dan kelengkapan pengungkapan. Auditor memulai audit modal saham dengan memperoleh skedu seluruh aktivitas akun tersebut untukperiode berjalan. Saldo awal dicocokkan dengan kertas kerja tahun lalu dan saldo akhir dicocokkan dengan buku besar umum. Mayoritas pekerjan audit kemudian difokuskan pada aktivitas periode berjalan dalam setiap akun.
Asersi yang berkaitan dengan pengauditan akun modal saham adalah:
  1. Keterjadian dan kelengkapan
Auditor dapat menguji keterjadian transaksi modal saham dengan menelusuri transaksi yang tercatat di tahun berjalan ke risalah dewan komisaris. Jika pendaftar dan agen transfer digunakan oleh entitas, auditor mengonfirmasikan jumlah total saham beredar pada akhir periode. Jika jumlah saham yang terdaftar sebagai saham beredar dalam konfirmasi trsebut sesuai dengan akun modal saham dalam buku besar umum, auditor memiliki bukti bahwa jumlah total saham yang beredar pada akhir periode adalah benar. Jika entitas tidak menggunakan agen luar, entitas akan memelihara catatan saham dan/atau buku sertifikat saham. Auditor dapat melakukan pengujian berikut ini:
1)      Telusuri transfer saham antarpemegang saham dengan catatan saham dan/atau buku sertifikat saham (akurasi dan kelengkapan).
2)      Jumlah kan ke bawah saham yang beredar dalam catatan saham dan/atau buku sertifikat saham dan cocokkan jumlahnya dengan total saham yang beredar di akun modal saham dalam buku besar umum (kelengkapan).
3)      Periksa adanya sertifikat saham yang dibatalkan  (keterjadian).
4)      Pertanggungjawaban dan periksa adanya sertifikat saham yang tidak diterbitkan dalam buku sertifikat saham (kelengkapan).
  1. Penilaian
Jika modal saham diterbitkan utuk memperoleh kas, penentuan penilaian yang tepat adalah hal yang mudah. Nilai pari atau nilai nnominal untuk saham yang diterbitkan dialokasikan ke akun modal saham masing-masing, sedangkan selisih antara harga dan nilai pari atau nilai nominal dialokasikan ke modal disetor.  Auditor dapat menghitung kembali nilai yang dialokasikan ke setiap transaksi, dan hasil penjualan saham bisanya dapat ditelusuri ke catatan penerimaan kas. Isu penilaian menjadi lebih kompleks ketika modal saham diterbitkan untuk ditukar dengan aktiva atau jasa, untuk merger atau akuisisi, untuk sekuritas yang dapat dikonversi, atau untuk dividen saham. Nilai pasar yang wajar dari dividen saham dibebankan ke laba ditahan dan dikreditkan ke saha biasa dan modal disetor. Untuk menguji penilain, auditor dapat menghitung kembali dividen saham dan menelusuri jurnalnya ke buku besar umum.
  1. Kelengkapan Pengungkapan
Jumlah pengungkapan penting sering kali diperlukan untuk ekuitas pemegang saham. Biasanya informasi ini bersumber dari anggaran dasar perusahaan, risalah rapat dewan komisaris, dan perjanjian kontrak.

4.      Audit Dividen

Audit dividen berhubungan dengan pelanggaran anggran rumah tangga perusahaan atau perjanjian utang. Jika entitas menggunakan badan pembayar dividen, auditor dapat mengonfirmasikan jumlah yang dibayar ke badan tersebut oleh entitas. Jumlah tersebut dicocokkan dengan jumlah yang diotorisasi oleh dewan komisaris. Auditor dapat menghitung kembali jumlah dividen melalui perkalian jumlah saham yang beredar pada tanggal pencatatan dengan jumlah dividen per lembar sahamyang disetujui oleh dewan komisaris. Jumlah tersebut harus cocok dengan jumlah yang dibayarkan dan yang masih harus terutang ke pemegang saham pada akhir periode. Jika auditor disangkutkan mengenai pengendalian klien atas pembayaran dividen, auditor dapat menguji nama-nama pihak penerima pembayaran serta jumlah pada cek yang dibatalkan dengan catatan saham atau buku sertifikat saham.

5.      Audit Laba Ditahan

Auditor memulai audit laba ditahan dengan memperoleh skedul aktivitas akun tersebut untuk periode berjalan. Saldo awal dicocokkan dengan kertas kerja dan laporan keuangan tahun lalu. Laba atau rugi bersih dapat ditelususri ke laporan laba rugi. Jumlah dividen kas atau dividen saham dapat diverifikasikan dengan cara seperti pada audit dividen. Jika terdapat penyesuaian-penyesuaian periode lalu, auditro harus memastikan bahwa transaksi tersebut memenuhi persyaratan standar akuntansi yang relevan. Adanya pencadangan baru atau perubahan dalam pencadangan yang sudah ada harus ditelusuri ke perjanjian kontrak yang mensyaratkan pencadangan tersebut. Terakhir, auditor harus memastikan bahwa seluruh pengungkapan yang diperlukan terkait dengan laba ditahan telah dilakukan dalam catatan kaki.

6.      Audit Akun-Akun Laporan Laba Rugi

Dalam audit akun laporan laba rugi, auditor harus diyakinkan bahwa akun-akun pendapatan dan beban tidak disalah sajikan secara material dan bahwa akun tersebut dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP. Laporan laba rugi merupakan sumber informasi penting oleh berbagai pengguna laporan keuangan. Audit akun pendapatan dan beban tergantung pada luasnya pekerjaan yang dilakukan oleh auditor atas sistem pengendalian entitas dan akun-akun neraca. Audit laporan laba rugi mencakup pertimbangan hasil pekerjaan audit yang dilakukan di bagian audit lainnya dan penyelesaian prosedur substantif tambahan pada akun-akun laporan laba rugi terpilih, meliputi hal-hal berikut:
a.       Hasil pengujian pengendalian untuk berbagai proses bisnis.
b.      Hasil pengujian rinci atas akun-akun neraca dan akun-akun laporan laba rugi terkait.
c.       Kinerja prosedur analitis substantif pada akun-akun laporan laba rugi.
d.      Pengujian rinci atas akun-akun laporan laba rugi terpilih.

6.1.  Penentuan Risiko Pengendalian Untuk Proses Bisnis

Pemahaman yang lebih baik mengenai pengaruh pengurangan penentuan risiko pengendalian pada audit akun pendapatan dan beban, pertimbangan akun-akun laporan laba rugi yang dipengaruhi oleh proses bisnis pendapatan dan pembelian. Misalnya, pengurangan penentuan risiko pengendalian untuk proses pendapatan memberikan bukti bahwa penjualan, piutang usaha, akun cadangan piutang tak tertagih, serta akun retur penjualan cadangan tidak disalahsajikan secara material. Pengurangan penentuan risiko pengendalian untuk persediaan, aktiva tetap, utang usaha, dan sebagian besar akun beban tidak disalahsajikan secara material. Hal penting dalam hal ini adalah bahwa auditor telah memiliki bukti yang dapat diandalkan atas akun yang tercakup dalam laporan laba rugi.

6.2.  Pengujian Langsung Atas Akun-akun Neraca

Akun-akun neraca laba rugi bisanya diaudir selam mengaudit akun-akun neraca terkait. Misalnya pada saat akun cadangan piutang tak tertagih diaudit, beban piutang tak tertagih juga diaudit.

6.3.  Prosedur Analitis Substantif

Prosedur analitis substantif dapat digunakan secara luas utuk menguji akun pendapatan dan beban. Salah satu jenis prosedur analitis substantif mencakup membandingkan jumlah dolar tahun berjalan untuk setiap akun pendapatan dan beban dengan saldo tahun lalu. Prosedur analitis substantif dirancang untuk memberikan bukti terkait dengan kewajaran akun pendapatan atau laba rugi lainnya yang dilakukan pada tingkat yang dipecah-pecah seperlunya untuk mendeteksi potensi salah saji. Meskipun secara relatif persentase salah saji adalah kecil dalam akun laporan laba rugi yang besar, hal itu sering kali material sehingga diperlukan prosedur analisi substantif yang tepat. Prosedur analitis substantif juga dapat digunakan untuk memberikan bukti atas akun pendapatan dan beban tertentu.

6.4.  Pengujian Atas Saldo Akun Terpilih

Meski auditor telah memperoleh bukti yang diperlukan atas akun pendapaan dan beban dengan prosedur analitis, mungkin auditor ingin melakukan pengujian lebih lanjut untuk akun-akun tertentu. Auditor akan menganalisis secara rinci transaksi yang tercakup dalam masing-masing akun. Auditor memverifikasi transaksi dengan memeriksa dokumentasi yang mendukung. Akun yang diperiksa dengan cara ini biasanya akun yang tidak secara langsung dipengaruhi oleh proses bisnis, akun yang berisi informasi sensitif atau transaksi tidak biasa, akun dimana informasi rinci diperlukan untuk SPT atau skedul lain yang termasuk dalam laporan keuangan. Misalnya akun beban hukum dan audit, beban perjalanan dan beban entertain, beban sumbangan, pendpatan dan beban lain-lain, serta akun yang berisi transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Kami