Rabu, 14 November 2012

Materi Kuliah Pengantar Bisnis Mengembangkan Dan Menetapkan Harga Produk

Pertemuan ke-12
Topik: Mengembangkan Dan Menetapkan Harga Produk
Tujuan: Mahasiswa mengetahui konsep produk, mengklasifikasikan barang dan jasa, pengembangan produk baru, daur hidup produk, dan penetapan harga.
Pokok Bahasan:
1. Menjelaskan produk
2. Mengidentifikasi dan membedakan produk
3. Menjelaskan pengembangan produk baru
4. Menjelaskan siklus hidup produk
5. Menjelaskan pentingnya pemberian merek, pengemasan dan pemberian label
6.  Menjelaskan tujuan dan alat penetapan harga
7. Menjelaskan strategi penetapan harga
Tugas: Studi Kasus “Diagnosis Untuk Bisnis Yang Sakit”
Buku Rujukan: Introduction to Business, Griffin, W.R / Ch.11
Deskripsi:
1. Menjelaskan produk
Dalam mengembangkan bauran pemasaran untuk setiap produk, baik barang ataupun jasa, para pemasar harus mempertimbangkan apa yang dibeli oleh konsumen sewaktu mereka membeli produk. Dengan cara itulah mereka dapat merencanakan strategi-strategi mereka secara efektif. Setiap produk merupakan paket nilai yang menyediakan manfaat-manfaat yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sedangkan produk itu diklasifikasikan atas produk konsumsi maupun industri. 
2. Mengidentifikasi dan membedakan produk
Kita dapat mengklasifikasikan produk menurut calon pembeli ke dalam dua kelompok: pembeli barang barang konsumsi dan pembeli produk-produk industri.
Mengklasifikasikan Produk-produk Konsumsi. Produk-produk konsumsi umumnya dibagi menjadi tiga kategori yang mencerminkan perilaku pembeli:
·         Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods) seperti susu dan koran dan jasa kebutuhan sehari-hari (convenience services) seperti yang ditawarkan oleh restoran cepat saji dikonsumsi secara cepat dan berkala. Mereka relatif tidak mahal dan biasa dibeli dengan menghabiskan sedikit waktu dan usaha.
·         Barang belanja (shopping goods) seperti stereo dan ban mobil dan jasa belanja (shopping services) seperti asuransi lebih mahal dan lebih jarang dibeli dibandingkan produk konsumsi harian. Konsumen sering kali membandingkan merek-merek, terutama pada toko-toko yang berbeda. Mereka juga dapat mengevaluasi alternatif dalam hal gaya, kinerja, warna, harga, dan kriteria lainnya.
·         Barang kebutuhan khusus (specialty goods) seperti gaun dan jasa kebutuhan khusus (specialty services) seperti catering untuk resepsi pernikahan merupakan produk yang sangat penting dan mahal harganya. Konsumen biasanya dengan tepat memutuskan apa yang mereka inginkan dan tidak akan menerima pengganti. Mereka juga sering berjalan dari toko ke toko lain, kadang-kadang mengeluarkan banyak uang dan waktu untuk mendapatkan produk yang khusus.
Mengklasifikasikan Produk-produk Industri. Produk-produkindustri dibagi menjadi dua kategori, masing-masing mencerminkan mengenai biayanya dan bagaimana produk-produk tersebut akan digunakan:
  • Barang biaya beban (expense item) merupakan produk atau jasa yang dikonsumsi dalam setahun oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang lain atau menyediakan jasa lain. Expense items yang paling jelas terlihat adalah barang-barang industri yang langsung digunakan dalam proses produksi (misalnya, setumpuk teh yang diproses menjadi teh celup).
  • Barang modal (capital items) merupakan barang dan jasa yang bersifat permanen (yaitu, barang dan jasa mahal dan tahan lama). Setiap barang ini memiliki perkiraan umur lebih dari setahun dan biasanya sampai beberapa tahun. Gedung-gedung (perkatoran, pabrik), perlengkapan permanen (tangki air, oven pembakar kue), dan perlengkapan aksesoris (komputer, pesawat terbang) termasuk barang-barang modal (capital goods). Jasa modal (capital services) merupakan jasa yang dibuat untuk komitmen jangka panjang, seperti pemeliharaan gedung dan peralatan, atau jasa hukum. Karena barang-barang modal ini mahal dan jarang dibeli, maka pembelian barang-barang modal sering diputuskan oleh manajer-manajer tingkat tinggi.

3. Menjelaskan pengembangan produk baru
Untuk mengembangkan atau menganekaragamkan lini produk--untuk dapat bertahan—perusahaan harus mengembangkan dan memperkenalkan serangkaian produk baru. Dihadapkan pada persaingan dan pergeseran pilihan konsumen, tidak ada perusahaan yang dapat bergantung selamanya pada satu produk tunggal saja. Bahkan produk-produk yang telah popular selama beberapa dasawarsa selalu memerlukan pembaruan.
Tujuh tahap proses pengembangan
Untuk meningkatkan peluang mereka dalam mengembangkan produk yang sukses, banyak perusahaan menerapkan beberapa variasi dari tujuh proses tahap dasar. (Proses ini tidak seluruhnya sama untuk produsen barang dan jasa.)
1. Gagasan produk. Pengembangan produk dimulai dengan pencarian gagasan bagi produk-produk baru. Gagasan produk dapat datang dari konsumen, tim penjualan, bagian penelitian dan pengembangan (litbang), atau pegawai teknik.
2. Penyaringan. Tahap ini dirancang untuk menghilangkan seluruh gagasan produk yang tidak berhubungan dengan kemampuan atau tujuan perusahaan. Para perwakilan dari pemasaran, teknisi, dan produksi harus memberikan input pada tahap ini.
3. Pengujian konsep. Setelah gagasan disaring, perusahaan menggunakan riset pasar untuk mendapatkan input dari konsumen tentang manfaat dan harga.
4. Analisis bisnis. Setelah mengumpulkan opini konsumen, para pemasar harus melakukan perbandingan biaya produksi dan manfaat untuk melihat apakah produk tersebut memenuhi tujuan profitabilitas minimum.
5. Pengembangan prototipe. Sewaktu perusahaan telah menentukan potensi profitabilitas produk, bagian teknik atau riset dan pengembangan akan membuat prototipe.Pprototipe ini dapat menjadi sangat mahal, yang seringkali memerlukan peralatan dan pengembangan komponen yang ekstensif.
6.Pengujian produk dan uji pemasaran. Dengan menggunakan hal-hal yang dipelajari dari prototipe, perusahaan menjalankan produksi yang terbatas. Kemudian perusahaan dapat menguji produk tersebut untuk melihat apakah produknya memenuhi persyaratan kinerja. Jika ya, maka produknya akan dijual pada daerah yang terbatas. Karena kampanye promosi dan saluran distribusi harus ditetapkan untuk uji pasar, tahap ini menjadi cukup mahal.
7. Komersialisasi. Jika hasil uji pemasaran positif, perusahaan akan memulai produksi dan pemasaran berskala penuh. Komersialisasi yang bertahap, yang bertujuan menyebarkan produk tersebut ke daerah yang semakin luas, mencegah ketegangan yang semestinya tidak perlu terjadi pada kemampuan produksi awal. Sebaliknya, keterlambatan dalam komersialisasi dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan lain untuk mengeluarkan produk saingan.
4. Menjelaskan siklus hidup produk
Bila produk mencapai pasar, dia memasuki daur hidup produk (biasa disebut daur hidup produk atau product life cycle – PLC): serangkaian tahap yang dilewati oleh produk selama masa menghasilkan laba. Bergantung pada kemampuan produk itu menarik minat dan menjaga kesetiaan para pelanggan setiap waktu, PLC nya dapat mencapai hitungan bulan, tahun, atau dekade. Produk-produk yang kuat (pemutih Clorox) memiliki daur produktif yang lama.
Tahap-tahap dalam daur hidup produk. Daur produk adalah proses alami yang dialami produk sejak lahir, tumbuh, dewasa, dan akhirnya mengalami penurunan dan mati. Empat tahap PLC diterapkan pada beberapa produk yang biasa anda temui:
  1. Perkenalan. Tahap perkenalan dimulai sewaktu produk mencapai tempat pasar. Selama tahap ini, tenaga-tenaga pemasaran berfokus pada usaha membuat konsumen potensial sadar akan keberadaan produk dan manfaatnya. Biaya promosi dan pengembangan yang sangat besar menghapus semua laba.
  2. Pertumbuhan. Jika produk baru menarik perhatian dan cukup memuaskan konsumen, penjualan mulai menanjak cepat. Selama tahap ini, produk mulai menghasilkan laba. Perusahaan perusahaan lain dalam industri akan bergerak cepat untuk memperkenalkan produk versi mereka.
  3. Dewasa. Pertumbuhan penjualan mulai melambat. Walaupun produk menghasilkan laba tertinggi di awal tahap ini, meningkatnya persaingan dapat mengakibatkan pemotongan harga dan laba yang lebih rendah. Pada akhir tahap ini, penjualan mulai jatuh.
  4. Penurunan. Selama tahap akhir, penjualan dan laba terus jatuh. Produk-produk baru dalam tahap perkenalan mengambil alih penjualan. Perusahaan membuang atau mengurangi dukungan promosi (iklan dan staf penjualan) tetapi tetap membiarkan produk tersebut beredar untuk memberikan laba tambahan.
Memperpanjang Daur Hidup Produk: Alternatif terhadap Produk-Produk Baru. Perusahaan tentu berharap dapat terus mempertahankan posisi produk dalam tahap dewasa selama mungkin. Penjualan televisi, misalnya, telah dihidupkan kembali dengan memperkenalkan perubahan seperti warna, kemudahan ungtuk dibawa, memperkecil ukurannya dan kemampuan suara stereo. Pada kenyataannya, banyak perusahaan memperpanjang daur hidup produk melalui berbagai macam cara yang kreatif. Pasar luar negeri, misalnya, memberikan tiga pendekatan untuk memperpanjang daur hidup:
  1. Dalam perluasan produk (product extension), produk yang telah ada dipasarkan secara global dalam bentuk yang sama, tanpa adanya modifikasi. Coca-Cola dan jeans Levi’s 501 merupakan contoh utama product extension internasional yang berhasil.
  2. Melalui adaptasi produk (product adaptation), produk dasar dimodifikasi agar memiliki daya tarik yang lebih besar di negara lain. Di Jerman, misalnya, menu McDonald’s mencakup bir, dan Ford menaruh kemudi di sebelah kanan untuk mobil yang diekspor ke Jepang. Karena produknya mengalami perubahan, pendekatan ini biasanya lebih mahal daripada perluasan produk.
  3. Pengenalan ulang (reintroduction) berarti membangkitkan kembali, ke pasar-pasar baru, produk produk yang telah menjadi usang dalam pasar yang lama. NCR telah melakukan pengenalan ulang mesin kasir yang dioperasikan secara manual di Amerika Latin.
Dengan demikian, awal penurunan penjualan pada tahap dewasa tidak selalu merupakan waktu untuk mulai mengabaikan produk. Sebaliknya, hal tersebut sering kali merupakan waktu yang tepat untuk mengganti pendekatan pemasaran lama dengan pendekatan baru.
5. Menjelaskan pentingnya pemberian merek, pengemasan dan pemberian label
Mengembangkan ciri khas suatu produk hanya merupakan sebagian tugas orang-orang pemasaran. Tenaga pemasaran juga harus mendorong konsumen agar memiliki produk-produk itu. Tiga alat penting untuk menyelesaikan tugas ini adalah pemberian merek, pengemasan, dan pemberian label.
·         Pemberian Merek Produk
Coca Cola merupakan merek paling terkenal di dunia. Namanya begitu berharga sehingga para eksekutifnya dengan senang hati mengatakan bahwa apabila semua aset lain perusahaan tersebut dihapuskan, mereka dapat memasuki bank mana pun dan meminjam $100 miliar untuk membangunnya kembali, hanya kekuatan nama mereknya. Nama nama merek seperti Coca Cola dan McDonald’s merupakan simbol dalam pemberian karakter produk produk dan membedakan mereka satu dengan yang lain. Pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan proses penggunaan simbol untuk mengkomunikasikan ciri-ciri produk tertentu yang dibuat oleh produsen tertentu. Merek-merek dirancang untuk menandai kualitas yang seragam: konsumen yang mencoba dan menyukai produk dapat kembali ke produk tersebut hanya dengan mengingat namanya saja.
·         Pengemasan Produk
Dengan beberapa pengecualian (buah-buahan dan sayuran segar, baja struktural), produk produk yang akan dijual memerlukan beberapa bentuk kemasan (packaging). Pengemasan juga berperan sebagai iklan dalam toko yang dapat membuat produknya terlihat menarik, memamerkan nama mereknya, serta mengidentifikasi ciri dan manfaatnya. Pengemasan juga mengurangi resiko kerusakan, pecah, atau pembusukan serta mempersulit pencurian barang-barang berukuran kecil. Kemasan adalah wadah fisik yang memuat produk yang akan dijual, diiklankan, atau dilindungi. Kemajuan baru baru ini dalam penggunaan produk dan bahan yang siap untuk dikemas juga menciptakan peran tambahan bagi pengemasan. Bahan dari kertas yang dapat digunakan sebagai kontainer makanan telah memungkinkan makan malam berbiaya rendah di Budget Gourmet yang dapat memasuki pasar makan malam utama. Botol “anti tumpah” telah meningkatkan penjualan pemutih Clorox.
·         Pelabelan Produk
Setiap produk memiliki label pada kemasannya. Label adalah bagian dari pengemasan produk yang mengidentifikasikan nama, pabrik, dan isinya. Seperti pengemasan, pelabelan dapat membantu memasarkan produknya. Pertama, label mengindetifikasi produk atau merek, seperti terjadi pada nama-nama seperti Campbell pada kaleng atau Chiquita pada pisang. Label juga mempromosikan produk dengan menarik perhatian konsumen: warna dan grafik yang menarik memberikan petunjuk visual bagi produk yang sesungguhnya mungkin tidak terlalu diperhatikan di rak. Akhirnya label juga menggambarkan produk: memberikan informasi tentang kandungan nutrisi, petunjuk penggunaan cara membuang yang tepat, dan keamanan.
6. Menjelaskan tujuan dan alat penetapan harga
Dalam pengembangan produk, para manajer memutuskan produk apa yang akan ditawarkan perusahaan kepada konsumennya. Dalam penetapan harga, komponen utama kedua dari bauran pemasaran, para manajer memutuskan berapa yang akan diterima perusahaan sebagai imbalan dari produk-produknya.
Penetapan Harga untuk Memenuhi Tujuan Bisnis
Perusahaan seringkali memberi harga produknya untuk memaksimalkan laba, namun mereka sering berharap untuk memenuhi tujuan penetapan harga (pricing objective) yang lain juga. Beberapa perusahaan ingin mendominasi pasar atau mempertahankan pangsa pasar yang tinggi. Keputusan penetapan harga juga dipengaruhi oleh kebutuhan untuk dapat tetap bertahan dalam pasar yang bersaing, melalui kepedulian sosial dan etika, dan bahkan melalui citra korporasi.
  1. Tujuan Memaksimalkan Laba. Penetapan harga untuk memaksimalkan laba merupakan hal yang rumit. Apabila harga ditetapkan terlalu rendah, perusahaan mungkin akan menjual banyak unit produknya tetapi kemungkinan akan gagal meraih kesempatan untuk membuat laba tambahan pada setiap unitnya (dan tentunya dapat kehilangan uang dalam setiap pertukaran). Sebaliknya, bila harga-harga ditetapkan terlalu tinggi, perusahaan akan mendapat laba yang besar pada setiap barangnya tetapi akan menjual unitnya dalam jumlah yang lebih sedikit. Sekali lagi perusahaan, akan kehilangan uang. Selain itu, perusahaan akan mengalami kelebihan persediaan dan mungkin harus mengurangi atau bahkan menutup usaha produksinya. Untuk menghindari masalah-masalah ini, perusahaan-perusahaan mencoba menetapkan harga agar mampu menjual sejumlah unit yang akan menghasilkan laba total tertinggi yang mungkin dapat dicapai. Dalam menghitung laba, para manajer mempertimbangkan biaya bahan produksi dan tenaga kerja. Akan tetapi, mereka juga mempertimbangkan sumber daya modal terkait (pabrik dan perelengkapannya) yang harus dimiliki perusahaan untuk menghasilkan tingkat laba itu. Biaya pemasaran (seperti membayar sejumlah staf penjualan) dapat juga menjadi tinggi. Untuk menggunakan sumber daya ini secara efisien, banyak perusahaan menetapkan harga untuk mencapai tingkat return on sales atau investasi modal yang ditargetkan.
  2. Tujuan Pangsa Pasar. Dalam jangka panjang, perusahaan harus mendapatkan laba untu dapat tetap bertahan. Akan tetapi, banyak perusahaan awalnya menetapkan harga rendah untuk produk-produk baru. Karena mereka ingin menerima sedikit laba, bahkan merugi, untuk mendapatkan pembeli yang mau mencoba produknya, mereka menggunakan penetapan harga untuk meraih pangsa pasar (market share) persentase dari total penjualan pasar bagi perusahaan tertentu untuk jenis produk tertentu. Bahkan bagi produk-produk yang telah mapan, pangsa pasar sebagai tujuan penetapan harga dapat menjadi lebih besar bobotnya daripada pertimbangan memaksimalkan laba. Untuk produk seperti Philadelphia Brand Cream Cheese, mendominasi suatu pasar berarti konsumen kemungkinan besar akan membeli produk tersebut karena mereka merasa tidak asing lagi dengan produk yang terkenal dan sering terlihat. Dominasi pasar berarti penjualan lebih banyak unit secara kontinu, dan dengan demikian, mendapatkan laba yang lebih tinggi meskipun pada harga per unit yang lebih rendah.
·         Alat-alat Penetapan Harga
Apa pun tujuan perusahaan, para manajer harus mengukur potensi dampak sebelum memutuskan harga akhir. Dua alat dasar yang sering digunakan untuk tujuan ini: penetapan harga berorientasi biaya, dan analisis titik impas. Kedua alat ini digabung untuk mengidentifikasi harga-harga yang memungkinkan perusahaan dapat meraih tujuannya.
  1. Penetapan Harga Berorientasi Biaya (cost oriented pricing)
Penetapan harga berorientasi biaya mempertimbangkan kebutuhan untuk menutupi biaya-biaya produksi. Seorang manajer toko musik, akan menetapkan harga CD dengan cara menghitung biaya menjadikan CD tersedia bagi para pembelanja. Harganya akan mencakup sewa toko, upah karyawan, listrik, poster produk, asuransi, dan tentu saja, biaya membeli CD dari produsennya. 
Kita asumsikan bahwa biaya dari produsen adalah $8,00 per CD. Jika menjual CD dengan harga $8 ini, toko tersebut tidak mendapatkan keuntungan apa pun. Selain itu toko tersebut tidak pula menghasilkan laba apabila menjual CD sebesar $8,50 per buahnya atau bahkan $10,00 atau $11,00. Kita harus menetapkan harga yang cukup agar mampu menutupi biaya produksi dan biaya lain untk menghasilkan laba. Semua faktor ini bersama-sama membentuk markup. Dalam kasus ini, markup yang masuk akal sebesar $7,00 atas biaya-biayanya akan menghasilkan harga penjualan sebesar $15,00. Markup biasanya ditentukan sebagai persentase dari harga penjualan. Jadi, persentase markup dihitung sebagai berikut:
Dari setiap dolar yang diambil, 46,7 sen akan menjadi laba bruto untuk toko tersebut. Dari laba ini, tentunya, toko tersebut harus membayar sewa, listrik, asuransi, dan biaya-biaya lainnya. Markup dapat juga dilihat sebagai persentase dari biaya: Markup $7 merupakan 87,5 persen dari biaya $8 untu satu CD ($7/$8).
  1. Analisis Titik Impas (break event analysis)
Jika menggunakan penetapan harga berorientasi biaya, perusahaan akan menutup biaya variabel: biaya yang berubah sejalan dengan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan dijual. Penetapan harga itu juga dapat menutup beberapa pengeluaran yang berupa biaya tetap: biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah barang atau jasa yang diproduksi atau dijual. Tetapi berapa banyak unit yang harus dijual perusahaan sebelum seluruh biaya, baik biaya tetap maupun variabel, tertutupi dan produk itu mulai menghasilkan laba? Bagaimana jika terlalu sedikit unit yang dijual? Dan apa yang terjadi jika penjualan lebih besar dari yang diharapkan? Jawabannya bergantung biaya, harga jual, dan jumlah unit yang dijual. Analisis titik impas (break even analysis) menaksir biaya versus pendapatan untuk berbagai volume penjualan. Analisis itu menunjukkan, pada harga jual tertentu apapun, hasil keuangan jumlah rugi dan laba untuk masing-masing volume penjualan yang mungkin.
Melanjutkan pada contoh toko musik kita tadi, asumsikanlah lagi bahwa biaya variabel untuk setiap CD (dalam kasus ini, biaya membeli CD dari produsen) adalah $8. Hal ini berarti bahwa biaya variabel tahunan toko ini bergantung pada seberapa banyak CD yang terjual, jumlah CD yang terjual dikalikan biaya $8 per buahnya. Katakanlah biaya tetap untuk memelihara toko untuk buka selama satu tahun adalah $100.000. Biaya ini tidak dipenggaruhi oleh jumlah CD yang terjual. Biaya untuk penerangan, sewa, asuransi, dan gaji biasanya stabil, tidak peduli berapa banyak CD yang terjual. Oleh karena itu, yang ingin kita ketahui adalah: berapa banyak CD yang harus dijual sehingga pendapatan itu bisa menutup biaya tetap sekaligus biaya variabel? Jawabannya adalah titik impas (breakeven point), yaitu 14.286 CD. Kita mendapatkan angka ini melalui persamaan berikut ini:
Apabila toko itu menjual kurang dari 14.286 CD, maka toko tersebut merugi untuk tahun itu. Apabila penjualan melebihi 14.286 CD, labanya tumbuh sampai $7 untuk setiap CD. Apabila toko itu menjual tepat 14.286 CD, maka toko tersebut dapat menutupi senua biayanya, tetapi belum memperoleh laba (zero profit).

7. Menjelaskan strategi penetapan harga
Alat-alat penetapan harga yang telah dibahas sebelumnya sangat membantu para manajer menetapkan harga barang-barang tertentu. Akan tetapi, alat-alat itu tidak membantu dalam menetapkan filosofi penetapan harga. Pada bagian ini membahas strategi penetapan harga yaitu: penetapan harga sebagai kegiatan perencanaan.

Strategi Penetapan Harga
Seberapa penting penetapan harga sebagai elemen bauran pemasaran dan perencanaan pemasaran? Karena memiliki dampak yang langsung dan jelas terlihat pada pendapatan, penetapan harga menjadi sangat penting bagi keseluruhan bauran pemasaran. Lagi pula, penetapan harga tersebut merupakan alat yang sangat fleksibel: Lebih mudah untuk mengubah harga-harga daripada mengubah produk atau jaringan distribusi. Dalam bagian ini berfokus pada cara-cara strategi penetapan harga dalam produk-produk baru maupun yang sudah beredar dapat menghasilkan perbedaan harga untuk setiap produk-produk yang serupa.
·         Penetapan Harga Produk yang telah Beredar
Perusahaan memiliki tiga pilihan dalam penetapan harga produk-produk yang telah beredar:
  1. Penetapan harga di atas harga pasar yang berlaku bagi produk-produk serupa
  2. Penetapan harga di bawah harga pasar
  3. Penetapan harga pada atau di dekat harga pasar
Penetapan harga di atas harga pasar memanfaatkan asumsi umum bahwa harga yang lebih mahal berarti memiliki kualitas yang lebih baik, misal jam tangan Patek Phillipe menetapkan harga tinggi dengan mempromosikan prestise dan citra kualitas. Sebaliknya perusahaan sewa mobil Budget dan Dollar mempromosikan dirinya sebagai produk-produk alternatif berharga rendah dibandingkan dengan Hertz dan Avis. Penetapan harga di bawah harga pasar yang berlaku dapat berhasil apabila suatu perusahaan dapat menawarkan produk yang kualitasnya dapat diterima, sambil menjaga biaya-biayanya di bawah harga pesaing.
·         Penetapan Harga Produk Baru
Perusahaan yang memperkenalkan produk-produk baru seringkali harus memilih antara dua pilihan kebijakan penetapan harga: harga yang sangat tinggi atau harga yang sangat rendah. Penetapan Harga Mengapung (price skimming) menetapkan harga tinggi pada mulanya untuk menutup biaya dan menghasilkan laba, dapat menghasilkan banyak laba dari setiap barang yang dijual. Pendapatan uang tunai seringkali  diperlukan untu menutupi biaya-biaya pengembangan dan perkenalan. Penetapan harga mengapung hanya berfungsi apabila tenaga pemasaran dapat menyakinkan konsumen bahwa produknya sangat berbeda dari produk lain yang telah ada di pasaran. Sebaliknya Penetapan Harga Penetrasi menetapkan harga awal rendah agar dapat mendukung produk baru di pasar berupaya menciptakan minat konsumen dan merangsang untuk mencoba membeli.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Kami