Selasa, 28 Mei 2013

Bentuk-bentuk Hadits

UIN WARNA Fakultas Ekonomi

Oleh : Ahmad David Darissalam (11510121)

Berdasarkan pengertian hadis, bentuk-bentuk hadis terbagi pada qauli (perkataan), fi’li (perbuatan), taqrir (ketetapan), hammi (keinginan), ahwali (hal ihwal), dan lainnya.

  1. Hadis Qauli

Hadis qauli adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi Saw. Dengankata lain, hadis qauli adalah hadis berupa perkataan Nabi Saw.yang berisi berbagaituntutan dan petunjuk Syara’, peristiwa, dan kisah, baik yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat, maupun akhlak.

Di antara contoh hadis qauli adalah hadis tentang kecaman Rasul kepada orang-orang yang mencoba memalsukan hadis-hadis yang berasal dari Rasulullah Saw.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارٌ. {رواه مسلم}

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa sengaja berdusta atas diriku, hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat tinggalnya dineraka.” (Hr. Muslim).

  1. Hadis Fi’li

Hadis fi’li adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Saw. Dalam hadis tersebut terdapat berita tentang perbuatan Nabi Saw. Yagn menjadi anutan perilaku para sahabat pada saat itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk mengikutinya.

Hadis yang termasuk kategori ini di antaranya adalah hadis-ohadisyang di dalamnya terdapat kata-kata kana/yakunu atau ra’aitu/ra’aina. Contohnya hadis berikut ini,

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَائِهِ فَيَعْدِلُ وَيَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِيْ فِيْمَا أَمْلِكُ فَلاَ تَلُمْنِيْ فِيْمَا تَمْلِكُ وَلاَ أَمْلِكُ. {رواه أبو داود والترمذي والنسائى وابن ماجه}

Dari ‘Aisyah, Rasul saw, membagi (nafkah dan gilirannya) antar istri-istrinya dengan adil. Beliau bersabda,”Ya Allah! Inilah pembagianku pada apayagn aku miliki. Janganlah engkau mencelaku dalam hal yang tidak aku miliki.” (H.R. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, dan Ibn Majah).

  1. Hadis Taqiri

Hadis taqriri adalah hadis berupa ketetapan Nabi Saw, terhadap apa yang dating ataudilakukan oleh para sahabatnya. Nabi Saw, membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan ataumempermasalahkannya sikap Nabi yang demikian itu dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil taqriri, yang dapat dijadikan hujah atau mempunyai kekuatan hukum untuk menetapkan suatu kepastian Syara’.1

Diantara contoh hadis taqriri adalah sikaprasul Saw, yang membiarkan para sahabat dalam menafsirkan sabdanya tentang shalat pada suatu peperangan, yaitu.

لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الْعَصْرَ إِلاَّ فِيْ بَيِيْ قُرَيْضَةَ. {رواه البخاري}

Janganlah seorangpun shalat Ashar, kecuali nanti di Bani Quraidhah. (H.R. Al-Bukhari)

Sebagian sahabat memahami larangan itu berdasarkan pada hakikat perintah tersebut sehingga mereka terlambat dalam melaksanakan shalat Ashar. Segolongan sahabat lainnya memahami perintah tersebut untuk segera menuju Bani Quraidhah dan serius dalam peperangan dan perjalananya sehingga dapat shalat tepat pada waktunya. Sikap para sahabat itu dibiarkan oleh Nabi Saw. Tanpa ada yang disalahkan atau diingkarinya.2

  1. Hadis Hammi

Hadis hammi adalah hadis yang berupa keinginan atau hasrat Nabi Saw, yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura. Sebagai contoh adalah hadis dari Ibn Abbas, sebagai berikut.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ يَقُوْلُ حِيْنَ صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَأَمَرَنَا بِصِيَامِهِ قَالُوْ: يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّهُ يَزْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ صُمْنَا يَوْمَ التَّاسِعْ. {رواه أبوداود}

Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, “Ketika Nabi Saw. Berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata, ‘Ya Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani’. Rasul Saw. Kemudian bersabda, ‘Tuhan yang akan dating insya Allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan.” (H.R. Abu Dawud).

Nabi Saw. Belum sempat merealisasikan hasratnya ini karena beliau wafat sebelum dating bulan “Asyura tahun berikutnya. Menurut para ulama, seperti Asy-Syafi’I dan para pengikutnya, menjalankan hadis hammi ini disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnah-sunnah lainnya.3

  1. Hadis Ahwali

Hadis Ahwali adalah hadis yang berupa hal ikhwal Nabi Saw, yang tidak termasuk ke dalam kategori keempat bentukhadis di atas. Hadis yang termasuk kategori ini adalah hadis-hadis yang menyangkut sifat-sifat dan kepribadian, serta keadaan fisik Nabi Saw.4

Sifat Nabi Saw diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Annas bin Malik, sebagai berikut.

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا. {متفق عليه}

Rasul Saw, adalah orang yang paling mulia akhlaknya. (Mutafaq’alaih)

Tentang keadaan fisik Nabi Saw., dijelaskan dalam hadis,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا وَأَحْسَنَهُ خَلْقًا لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ الْبَائِنِ وَلاَ بِالْقَصِيْرِ. {رواه البخاري}

Rasul Saw, adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tabuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek. (H.R. Al-Bukhari).

Pada hadis lainnya disebutkan bahwa Anas bin Malik berkata.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: مَامَسِسْتُ حَرِيْرًا وَلاَ دِيْبًاجًا اَلْيَنَ مِنْ كَفِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلاَ شَمِمْتُ رِيْحًا قَطُّ أَوْ عَرْفًا قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رِيْحٍ أَوْعَرْفِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. {رواه البخاري}

Dari Anas ra. Berkata, “Aku belum pernah memegang sutra murni dan sutra berwarna (yang halus) sehalus telapak tangan Rasul Saw, juga belum pernah mencium wewangian seharum Rasul Saw (H.R. Bukhari)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Mutawali Hamadah. As-Sunnah An-Nabawiyah wa Makanatuh fi At-Tasyri’. Kairo: Dar Al-Qoumiyahli Ath-Thiba’ah wa An-Nasyr. 1965.

Utang Ranuwijaya. Ibnu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1996.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Kami