Perolehan ilmu akuntansi
Pada dasarnya pengetahuan diperoleh melalui tahapan sebagai berikut:
“Pengalaman, dimana keunikan beberapa kejadian, fenomena mendorong kita untuk melakukan observasi dan refleksi untuk mengetahui penyebabnya, dan merumuskan hipotesisnya dalam bentuk konsep dan generalisasi yang abstrak. Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesisnya, memahami implikasi konsep pada situasi yang baru dan pada proses untuk memperbaiki pengetahuan kita.
Tetapi, model ini tidak membedakan antara proses penguasaan suatu pengetahuan (metode), metodologi (menyatakan metodanya), dan epistemologi (menyatakan metodologinya).
Pengetahuan terdiri dari tiga tipe yaitu:
ü Knowledge‑of atau pengetahuan faktual (sesungguhnya)
Tingkat pertama, dari pengalaman sampai melakukan observasi dan refieksi, menghasilkan "knowledge‑of" atau pengetahuan personal.
ü Knowledge‑that atau pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman atau perkenalan,
Tingkat kedua, dari melakukan observasi dan refleksi sampai mencari alasan abstrak untuk menguji dan melakukan percobaan, menghasilkan "knowledge‑that".
ü Knowledge‑how atau pengetahuan yang berhubungan dengan tata.cara (praktis)
Tingkat ketiga, dari pengujian dan melakukan percobaan sampai mempunyai pengalaman, menghasilkan "knowledge‑how" praktis.
Klasifikasi peneliti-peneliti akuntansi
Klasifikasi penelitian akuntansi menurut C.G. Jung:
Pada dasarnya, Jung mengklasifikasi individu dengan cara penerimaannya terhadap informasi, yaitu dengan sensasi atau intuisi, dan cara mereka dalam membuat keputusan, yaitu pikiran atau perasaan. Definisi komponen‑komponen dimensi model Jung:
- Sensasi mencakup penerimaan informasi melalui penginderaan, berfokus pada hal‑hal yang mendetail, menekankan pada saat dan tempat ini dan pada hal‑hal yang praktis.
- Intuisi mencakup penerimaan informasi melalui imajinasi, menekankan pada keseluruhan atau Gestalt, mempertahankan idealisme yang memungkinkan pada pembuatan hipotesis, dan mempunyai minat dengan jangka waktu yang lama.
- Pemikiran terkait dengan penggunaan penalaran yang tidak menunjuk pada orang tertentu dan formal untuk mengembangkan penjelasan pada batasan yang ilmiah, teknis, dan teoretis.
- Pada sisi lain, perasaan terkait dengan pembuatan keputusan yang berdasar pada ketetapan bernilai tinggi dan berfokus pada masalah nilai, moral dan etika manusia.
Klasifikasi penelitian menurut Mitroff dan Kilman:
Ilmuwan abstrak, merupakan orang yang mempunyai kepribadian penginderaan pemikiran, dimotivasi dengan perilaku bertanya dengan metodologi dan logika yang tepat, yang berfokus pada kepastian, keakuratan, dan reliabilitas, dan tergantung pada paradigma yang sederhana, mudah dijelaskan dan konsisten.
Teoretisi konseptual, merupakan orang yang mempunyai kepribadian pemikir-intuisi, berusaha untuk membuat penjelasan dan hipotesis ganda untuk menjelaskan fenomena, yang berfokus pada penemuan, bukan untuk pengujian.
Humanis khusus, merupakan orang yang mempunyai kepribadian penginderaan‑perasaan, terkait dengan keunikan khusus setiap manusia. Setiap orang itu media yang unik, bukan yang secara teoretis, abstrak.
Humanis konseptual, merupakan orang yang mempunyai kepribadian intuisi perasaan, berfokus pada kesejahteraan manusia, mengarahkan pertanyaan konseptual personalnya pada pembentukan seluruh manusia menjadi bak.
Perspektif metodologi akuntansi: ideografi versus nomotesis
Pandangan penelitian akuntansi yang diterima secara luas menggambarkan bahwa akuntansi berfungsi untuk membuat hukum‑hukum umum yang mencakup perilaku kejadian atau objek empiris, yang merupakan perhatian ilmu, sehingga memungkinkan bagi kita untuk menghubungkan pengetahuan dari kejadian yang diketahui secara terpisah, dan untuk membuat prediksi yang reliabel mengenai kejadian‑kejadian yang belum diketahui.
Perbedaan antara nomotesis dan ideografi bermula dari perbedaan asumsi‑asumsi yang mendasari pengetahuan ilmu sosial yaitu:
ü Pendekatan subjektif pada ilmu sosial memberikan ciri asumsi nominalisme bagi ontologi (cabang ilmu filsafat yang mempelajari sifat makhluk atau kenyataan), asumsi anti positivisme bagi epistimologi (cabang ilmu filsafat yang berkenaan dengan asal usul, sifat dan batas‑batas pengetahuan), asumsi voluntarisme bagi sifat alami manusia, dan terakhir asumsi ideografi bagi metodologi.
ü Pendekatan objektif memberikan ciri ontologi realistis, asumsi faktor penentu epistimologi positif pada sifat alami manusia, dan metodologi nomotesis.
Perspektif ilmu akuntansi
Hipotesis dunia oleh Stephen Pepper
Pengetahuan merupakan hasil perbaikan kognitif secara konstan: kritik dan perbaikan pengetahuan umum, memperjelas pengetahuan yang dubitanda ‑ dinyatakan meragukan. Perbaikan kognitif dicapai dengan:
o Usaha untuk memperjelas (multiplicative), yaitu konfirmasi fenomena dengan berbagai subjek dan
o Pembuatan struktur yang jelas (structural corroboration), yaitu menggunakan teori‑teori dan hipotesis mengenai dunia dan mengkonfirmasikannya dengan data empiris.
Pepper membedakan empat hipotesis yang tepat untuk hipotesis struktural. Hipotesis tersebut merupakan empat hipotesis dunia, yaitu formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan organisme. Sejumlah besar hipotesis dikurangi hingga menjadi empat hipotesis dunia dengan menggunakan teori hipotesis awal, yang disebut "root metaphor theory".
Dua perangkat asumsi yang terkait dengan struktur logis dunia sosial dapat digunakan untuk membedakan antara keempat hipotesis, yaitu:
o Dimensi pertama membedakan antara teori analitis dengan sintesis.
o Dimensi kedua membedakan antara teori dispersif (penyebaran) dengan integratif (penggabungan).
Sebagai hasil penggunaan kedua dimensi tersebut, empat hipotesis dunia dapat dicirikan sebagai:
o Formisme, mencakup teori analitis dan dispersif.
o Mekanisme, mencakup teori analitis dan integratif.
o Kontekstualisme, mencakup teori sintesis dan dispersif,
o Organisme, mencakup teori sintesis dan integratif.
Formisme dengan akuntansi
Forminisme dalam akuntansi terdiri dari pencarian kesamaan dan perbedaan antara beberapa objek studi yang berbeda tanpa memperhatikan hubungan yang ada diantara objek studi tersebut.
Formisme sesuai dengan praktek akuntansi, yaitu pada kesamaan dalam mencapai resolusi. Hal ini penting bagi pengkhususan karakter akuntansi atau bagi penentuan karakter suatu akuntansi tertentu. Objek studi diasumsikan terkandung secara sistematis, kesamaan bebas setiap peneliti, dan tugas peneliti akuntansi adalah untuk menemukan ciri mereka.
Bagi peneliti formisme dalam bidang akuntansi, penemuan untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan antar objek studi tidak cukup untuk menentukan realitas akuntansi, dan untuk menetapkan hubungan antara praktek dengan penelitian akuntansi.
Usaha ekplisit untuk mencari penyebab persarnaan dan perbedaan bukanlah bidang peneliti formisme, tetapi lebih menjadi bidang peneliti mekanisme.
Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya mencari persamaan dan perbedaan antar objek studi, tetapi juga mencari hubungan kuantitatif antar objek studi sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi. Mekanisme dalam akuntansi juga mencari aturan‑aturan empiris antar fenomena‑fenomena yang berbeda melalui berbagai bentuk korelasi statistis. Penelitian pasar, keperilakuan, penelitian akutansi positif, studi untuk memprediksi kejadian dan studi berbasis korelasi lain dalam penelitian utama akuntansi, merefleksikan pembelokan mekanisme analitis yang berfokus pada fenomena tersendiri, tidak secara kompleks dan konteks, dan pembelokan mekanisme integratif dengan melihat dunia sebagai sesuatu yang tersusun baik dengan hubungan yang dapat dijelaskan dan dikualifikasikan. Hasilnya jauh dari sempurna karena:
o tingkat koefisien korelasi yang tidak memuaskan:
o kurangnya pengendalian bagi penjelasan‑penjelasan alternatif:
o sampel‑sampel yang kurang mewakili: dan
o replikasi yang tidak ada habis‑habisnya dan “tersamar”.
Masalah lain yang terkait dengan mekanisme dalam akuntansi adalah asumsi yang menyatakan bahwa:
o ukuran‑ukurannya tidak berubah, dan
o hubungan antar ukuran tidak berubah.
Konstektualisme dalam akuntansi
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi fakta‑fakta bebas yang berasal dari fakta‑fakta universal dalam konteks tertentu yang akan menghasilkan suatu pola atau gestalt. Perbedaan mendasar antara kontektualisme dengan formisme dalam akuntansi adalah fakta‑fakta dikumpulkan menjadi beberapa konteks tertentu. Sehingga ada yang berpendapat bahwa pengetahuan teknis baru akuntansi adalah kumpulan dari beberapa konteks tertentu yang tersusun dari contoh‑contoh baik, yang menyusun kontektualisme dalam akuntansi.
Contoh‑contoh konteks baru itu meliputi:
o kejadian ekonomi, misal kebangkrutan, pengambilalihan, tingkat bunga obligasi:
o klasifikasi industri:
o klasifikasi sementara, misal sebelum dan setelah suatu kejadian politis, kejadian ekonomis atau sosial.
Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi hanya tergantung pada analisis fakta-fakta yang dapat memberikan verifikasi langsung, fakta‑faka yang sesuai dengan situasi yang ada, misal suatu industri tertentu. Kondisi itu merupakan hasil akhir yang terbatas dalam cakupannya. Setiap usaha untuk memberikan verifikasi tidak langsung, yang sesuai dengan pengakuan bahwa dunia mempunyai struktur tertentu, membutuhkan ketergantungan pada hipotesis dunia lainnya. Ini merupakan dilema yang serius bagi kontekstualisme dalam akuntansi, yaitu menerima kekhususan atau mengakui perubahan dalam konteks secara terus menerus.
Organisisme dalam akuntansi
Penerapan organisisme dalam akuntansi berfokus pada konteks‑konteks tertentu (gestalt) sebagai objek studi yang terdiri dari fakta‑fakta yang tersusun baik dan terintegrasi, sehingga dapat dijabarkan dan diprediksi. Organisisme berusaha mencari penentuan aturan‑aturan empiris antara fenomena‑fenomena yang berbeda melalui berbagai bentuk analisis statistika.
Dengan menerapkan organisisme, sebagian besar kelemahan mekanisme dalam akuntansi dapat diatasi, dengan menggabungkan penelitian dan temuan‑temuan pada suatu konteks tertentu.
Organisisme dalam akuntansi sangat tergantung pada ketersediaan data base asli, yang berfokus pada konteks tertentu yang mengakui kekhususan data dan mengharmonisasikannya menjadi data akuntansi yang lebih lengkap, karena adanya struktur mendasar dan komprehensif. Organisisme dalam akuntansi juga membutuhkan identifikasi urut‑urutan langkah yang mencapai puncak pada keseluruhan struktur yang sempurna. Yang akan terlihat adalah kejadian‑kejadian akuntansi yang terpisah, yang kemudian dihubungkan menjadi harmoni yang berguna melalui sintesis yang tingkatannya lebih tinggi, penjelasan anomali‑anomali dan berfokus pada struktur yang komprehensif dan mendasar. Hasil akhirnya adalah dunia yang saling melekat dan terintegrasi dengan baik.
Perspektif pada penelitian akuntansi
Kerangka kerja Burell dan Morgan
Þ Sifat Ilmu Sosial
Empat asumsi ilmu sosial diuji, karena terkait dengan ontologi, epistimologi, sifat dasar manusia, dan metodologi. Asumsi‑asumsi ini dapat dibedakan menjadi dimensi subjektif –objektif yaitu:
- Pertama, asumsi ontologika, yang menekankan pada esensi fenomena akuntansi termasuk perbedaan nominalisme‑realisme.
- Kedua, perdebatan epistimologi menekankan pada dasar‑dasar pengetahuan dan sifat pengetahuan, mencakup perdebatan anti-positivisme‑positivisme.
- Ketiga, perdebatan sifat dasar manusia, yang menekankan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya, mencakup perdebatan voluntarisme‑determinisme.
- Keempat, perdebatan metodologi, yang menekankan pada metode‑metode yang digunakan utk menginvestigasi dan mempelajari dunia sosial, mencakup perdebatan ideografi‑nomotesis.
Þ Sifat Masyarakat
Salah satu asumsi mengenai sifat masyarakat adalah terjadinya perdebatan konflik yang teratur (order‑conflict) atau lebih tepatnya adalah perubahan aturan radikal (regulation‑radical change). Sosiologi aturan (sociology of regulation) berusaha menjelaskan tentang masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keeratannnya dan kebutuhan akan aturan~aturan. Sebaliknya, sosiologi perubahan radikal berusaha menjelaskan tentang masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural yang dalam, bentuk‑bentuk dominasi, dan pertentangan struktural pada masyarakat modern.
Seperti yang ditekankan oleh Burrell dan Morgan, dimana:
- sosiologi aturan menekankan pada status quo, bentuk sosial, konsensus, integrasi dan daya lekat, solidaritas, kebutuhan akan kepuasan, dan aktualitas, sedangkan
- sosiologi perubahan radikal menekankan pada perubahan radikal, konfilk struktural, model‑model dominasi, pertentangan, emansipasi, penghapusan, dan kesanggupan.
Þ Kerangka untuk Analisis Penelitian
Burrell dan Morgan dapat mengembangkan suatu skema yang melekat bagi analisis teori sosial secara umum dan analisis organisasional secara khusus. Skema terdiri dari empat paradigma yang berbeda yang disebut sebagai:
- humanis radikal, yang mempunyai ciri perubahan radikal dan dimensi subjektif
- strukturalis radikal, yang mempunyai ciri perubahan radikal dan dimensi objektif
- interpretif, yang mempunyai ciri dimensi aturan dan subjektif, dan
- fungsionalis, yang mempunyai ciri dimensi aturan dan objektif.
Pandangan fungsionalis dalam akuntansi
Pandangan fungsionalis terhadap akuntansi berfokus pada penjelasan susunan sosial (akuntansi mempunyai peran di sini), dari sudut pandang realisme, positivisme, determinisme, dan nomotesis. Pandangan fungsionalis terkait dengan aturan efektif yang berdasar pada bukti‑bukti objektif. Paradigma fungsionalis pada akuntansi memandang fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia riil yang lengkap, yang mempunyai aturan‑aturan dan hubungan sebab akibat dapat digunakan untuk memberikan penjelasan dan prediksi ilmiah.
Interaksionisme dengan fokusnya pada hubungan dan interaksi manusia dijelaskan dalam bentuk akuntansi keperilakuan. Objektivisme dengan komitmennya pada model dan metode yang digunakan dalam ilmu sosial, merupakan jalan utama bagi pembuatan teori dan penelitian akuntansi.
Pandangan fungsionalis terhadap akuntansi mempunyai ciri yang secara umum disebut sebagai aliran utama (mainstream) penelitian akuntansi. Asumsi‑asumsi dominan ini mencakup: “Teori merupakan bagian yang terpisah dari observasi, yang digunakan untuk membuktikan atau memutar-balikkan suatu teori”. Penjelasan ilmiah mengenai hipotetis‑deduktif dapat diterima. Metode analisis data secara kuantitatif dan cara pengumpulan data yang memungkinkan generalisasi lebih disukai.
Pandangan interpretatif dalam akuntansi
Pandangan interpretif terhadap akuntansi berfokus pada penjelasan susunan sosial dari sudut pandang normalisme, antipositivisme, voluntarisme, dan ideologika. Pada akuntansi, pandangan ini bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif individual yang terlibat dalam penyiapan, pengkomunikasian, pembuktian, atau penggunaan informasi akuntansi. Penerapan hermeneutics dalam akuntansi berfokus pada bidang objektifikasi (pengungkapan secara objektif) akuntansi, seperti lembaga‑lembaga akuntansi, teks akuntansi, literatur akuntansi, bahasa‑bahasa akuntansi, dan ideologi akuntansi, menggunakan metode verstehen.
Fenomenologi, jika diterapkan dalam akuntansi, berusaha untuk mengungkapkan “esensi” yang tidak dapat diungkapkan oleh observasi positivisme biasa. Walaupun pada masa permulaan, paradigma interpretif pada akuntansi telah berfokus pada:
o kemampuan informasi untuk “menyusun realitas”,
o peran akuntansi sebagai “alat linguistik (berkenaan dengan ilmu bahasa” dan
o peran dan citra lain yang dapat disandang oleh akuntansi.
Sehingga asumsi yang dominan pada pandangan interpretif terhadap akuntansi adalah:
o Keyakinan Mengenai Pengetahuan
Penjelasan ilmiah mengenai pencarian tujuan manusia. Kesesuaiannya ditetapkan melalui kriteria konsistensi logika, interpretasi subjektif, dan persetujuan dengan interpretasi pengetahuan umum yang dimiliki oleh pihak yang melakukan tidakan.
o Keyakinan Mengenai Realitas Fisik dan Sosial
Realitas sosial merupakan sesuatu yang muncul, dihasilkan secara subjektif, dan diungkapkan secara objektif melalui interaksi antar manusia. Hubungan Antara Teori dan Praktik
Walaupun paradigma interpretif tidak utama dalam akuntansi, paradigma ini memiliki tiga kelemahan utama yaitu:
o paradigma ini mempunyai asumsi bahwa peneliti “quasidivine” dapat memahami tindakan sosial melalui subjektivitas yang tipis dan tanpa adanya campur tangan:
o paradigma ini menghasilkan ilusi mengenai teori murni dengan menggunakan garis penalaran monologis: dan
o paradigma ini menjadi suatu penelitian mengenai perubahan.
Pandangan humanis radikal dalam akuntansi
Pandangan humanis radikal berfokus pada penjelasan susunan sosial dari perspektif nomalisme, voluntarisme, dan ideografi, dan memberi penekanan pada bentuk perubahan radikal. Pandangan ini menghargai setiap penelitian yang mengurangi kritik‑kritik yang bersifat filosofi pada metodologi normatif.
Pada bentuk teori kritis, pandangan ini mempunyai dua bentuk analisis:
o analisis toksonomis (toxonomic) mengenai ontologika, epistimologika, dan metodologika yang memperhatikan dasar‑dasar ilmu organisasi dan
o suatu kritik (didasarkan pada anatisis ini) mengenai keadaan dinamis yang saling mempengaruhi antar penelitian, teori, dan praktik organisasi.
Pandangan ini mengembangkan kritik epistemiknya (asal usul, sifat, dan batas-batas pengetahuan) menjadi:
o diskusi mengenai kelemahan bentuk‑bentuk penelitian alternatif:
o analisis hubungan antara komunitas peneliti organisasional dengan praktisi dan anggota organisasi: dan
o pernyataan mengenai tujuan praktis beberapa bentuk penelitian tertentu.
Teori kritis pada akuntansi berasumsi bahwa teori‑teori, susunan pengetahuan, dan fakta‑fakta hanya merupakan refleksi dari wawasan dunia yang realistis. Teori ini akan memandang akuntan, accountor, dan accountee sebagai modus tahanan kesadaran yang dibentuk melalui proses ideologika.
Singkatnya, akuntansi akan dipandang sebagai pembuat “tahanan psikis”. Alasannya adalah bahwa sistem akuntansi mendukung dan mempertahankan adanya pengasingan dan konflik.
Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi
Pandangan strukturalis radikal terhadap akuntansi akan melihat susunan sosial dari sudut pandang realisme, positivisme, deterministik, dan nomotesis. Pandangan ini berusaha mencari perubahan radikal, emansipasi, dan menggunakan suatu analisis yang menekankan pada konflik struktural, bentuk dominasi, pertentangan, dan penghapusan. Paradigma ini akan menghasilkan teori akuntansi yang berdasar pada metafora seperti: instrumen dominasi, sistem perpecahan dan bencana.
Akuntan strukturalis akan mempertahankan pandangan objektif mengenai dunia sosial, tetapi tetap berfokus pada pertentangan dan kecenderungan krisis yang ditimbulhan oleh proses akuntansi. Tidak seperti humanis radikal yang menekankan pada fenomena super struktural seperti: ideologi dan kesadaran yang terdistorsi, strukturalis radikal pada akuntansi berfokus pada hubungan antara akuntansi dengan hubungan dominasi ekonomi dan politik.
Fondasi intelektual dalam akuntansi
Akuntansi berbasis ekonomi marginal
Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua pendekatan, yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi. Penekanan pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-masing pemilik, yang mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, maupun pandangan yang secara eksplisit, mengakui pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai yang sah memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu. Penekanan yang kedua menempatkan akuntan pada posisi seorang sejarahwan dan akuntansi pada posisi catatan yang tidak memihak dari pertukaran historis dengan objektivitas sebagai tujuan terpenting.
Akuntansi ekonomi politik
Akuntansi ekonomi politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari masyarakat sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.
Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis
Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengapdatasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi. Beberapa usulan meliputi:
- Suatu keterkaitan dengan matematika
- Suatu fokus pada teori keputusan
- Suatu referensi terhadap elemen-elemen dari teori pengukuran formal
- Suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern
- Suatu peranan bagi pendekatan ekonomi informasi
- Suatu perhatian bagi implikasi dari pilihan-pilihan model profitabilistik, yang merupakan psikologi matematis, bagi pilihan dan penggunaan teori informasi akuntansi.
- Suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori positif dari akuntansi
- Suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak.
Suatu pendekatan multidimensional yang akan meminjam atau bergantung pada sumbangan-sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal.
0 komentar:
Posting Komentar