ANALISIS TIME SERIES, PREDIKSI KESULITAN KEUANGAN, OBLIGASI, RESTRUKTURISASI, KEPUTUSAN KREDIT DAN PERAMALAN INFORMASI KEUANGAN
Hakikat Dari Pendekatan Prediktif
Pendekatan prediktif muncul dari kebutuhan untuk menyelesaikan masalah sulit dalam menilai metode altematif dari alternatif pengukuran akuntansi. Pendekatan prediktif untuk formulasi sebuah teori akuntansi menggunakan kriterium kemampuan prediktif, di mana pilihan di antara opsi akuntansi yang berbeda tergantung pada kemampuan metode tertentu untuk memprediksi peristiwa yang menjadi perhatian pengguna. Secara lebih spesifik, “ukuran dengan daya prediktif paling besar berkaitan dengan peristiwa tertentu dipandang sebagai metoda terbaik untuk tujuan tersebut.
Kriterium kemampuan prediktif digunakan karena penekanan terhadap relevansi sebagai kriterium utama pelaporan keuangan. Relevansi berkonotasi sebagai sebuah perhatian terhadap informasi tentang peristiwa masa depan. Dengan demikian, data relevan dicirikan oleh sebuah kemampuan untuk memprediksi peristiwa masa depan.
Kriterium kemampuan prediktif juga diterima dengan baik dalam sains alam dan fisis sebagai sebuah metode memilih di antara hipotesis yang saling bersaing. Beaver dkk, menunjukkan bahwa ukuran akuntansi altematif memiliki karakteristik hipotesis yang bersaing, telah merasionalkan penggunaan kemampuan prediktif dalam akuntansi. Keunggulan yang pasti dari pendekatan prediktif adalah bahwa pendekatan tersebut memungkinkan kita untuk mengevaluasi pengukuran akuntansi altematif secara empiris dan untuk membuat pilihan yang jelas atas dasar kriterium diskriminator.
Kemampuan prediktif juga merupakan sebuah kriterium yang dapat dengan mudah dikaitkan dengan tujuan pengumpulan data akuntansi dan fasilitasi pembuatan keputusan. Literatur akuntansi selalu memegang teguh prinsip bahwa data akuntansi harus memfasilitasi pembuatan keputusan dan kriterium kemampuan prediktif memungkinkan kita untuk menentukan ukuran akuntansi yang menghasilkan keputusan yang paling baik. “Perlu dicatat di sini perbedaan mendasar antara prediksi dan keputusan yaitu adalah mungkin untuk memprediksi tanpa membuat keputusan, tetapi adalah tidak mungkin untuk membuat keputusan tanpa prediksi”.
Ada dua aliran pendekatan prediktif yang dapat diidentifikasi yaitu;
o Aliran yang berkaitan dengan kemampuan data akuntansi untuk menjelaskan dan memprediksi peristiwa ekonomi
o Aliran yang berkaitan dengan kemampuan data akuntansi untuk menjelaskan dan memprediksi reaksi pasar terhadap ungkapan.
Prediksi Dari Suatu Peristiwa Ekonomi
Analisis time series
Analisis time‑series adalah sebuah pendekatan metodologis struktural dimana ketergayutan statistis dalam seperangkat data dapat diuji. Nilai masa lalu seperangkat data tunggal digunakan untuk memberi arah berkenaan dengan realisasi masa depan dari seperangkat data yang sama. Riset analisis time‑series difokuskan terutama pada:
- Sifat‑sifat time‑series dari eamings yang dilaporkan, dan
- Isu‑isu prediksi dalam analisis time‑series.
Prediksi kesulitan
Penerapan yang paling relevan dari pendekatan prediktif adalah upaya yang dibuat untuk mencari karakteristik yang tervalidasi secara empiris membedakan antara perusahaan yang secara keuangan mengalami kesulitan dengan perusahaan yang tidak mengalaminya.
Dalam studi univariat Beaver, yang menguji seperangkat rasio akuntansi untuk memprediksi kegagalan perusahaan, hasil yang paling penting adalah kemampuan prediksi yang superior rasio‑rasio arus kas terhadap total utang, diikuti oleh income bersih terhadap total aset.
Sebuah model logit diusulkan oleh Ohlson untuk menguji pengaruh empat faktor dasar terhadap probablitas kebangkrutan yaitu:
o besar perusahaan,
o ukuran‑ukuran struktur keuangan perusahaan,
o ukuran‑ukuran kinerja, dan
o ukuran‑ukuran likuiditas.
Prediksi premi obligasi dan peringkat obligasi
Fisher menguji kekuatan sebuah model empat faktor untuk menjelaskan perbedaan dalam premium risiko obligasi perusahaan industrial yaitu:
o Variabilitas eamings, diukur dg koefisien variasi EAT sembilan th terakhir.
o Solvensi atau reliabilitas dalam memenuhi kewajiban, diukur dengan panjangnya waktu sejak peristiwa‑peristiwa berikut ini terakhir kali terjadi: pendirian perusahaan, bangkit dari kebangkrutan, atau sebuah kompromi dibuat di mana kreditor menyelesaikan kurang dari 100 persen dari klaim mereka.
o Struktur modal, diukur dengan nilai pasar ekuitas/nilai nominal utang perusahaan.
o Nilai total nilai pasar obligasi perusahaan.
Tiga variabel pertama merepresentasi proksi yang berbeda untuk risiko kemacetan; variabel ke empat merepresentasi sebuah proksi bagi risiko keterpasaran. Keempat variabel tersebut menjelaskan 75 persen variasi dalam premium risiko obligasi.
Perilaku retrukturisasi perusahaan
Perilaku restrukturisasi perusahaan mencakup mekanisme‑mekanisme seperti merjer, konsolidasi, akuisisi, divestitures, privatisasi, leverage buyout dan spinoffs. Semua itu dilakukan baik untuk:
o memaksimumkan nilai pasar ekuitas pemegang saham atau
o memaksimumkan kemakmuran manajemen.
Riset memfokuskan pada karakteristik perusahaan yang diambilalih dan tidak diambilalih, dan mencakup dua bidang
o analisis klasifikatori ex‑post dan
o analisis prediktif ex‑ante, menggunakan model univariat maupun multivariat.
Semua studi tersebut menunjuk pada relevansi berbagai rasio akuntansi dalam mengklasifikasi atau memprediksi pengambilalihan. Keterbatasan studi-studi tersebut sama dengan yang dihadapi dalam kasus prediksi tekanan keuangan (distress)
Keputusan-keputusan kredit dan pinjaman bank
Keputusan perdagangan dan pemberian pinjaman bank merupakan contoh lain peristiwa ekonomis yang dapat dijelaskan dan/atau diprediksi berdasarkan informasi akuntansi dan informasi keuangan lainnya.
Dari sisi perspektif pendekatan prediktif, riset terdiri dari pengaplikasian atau pemprediksian penilaian kredit atau perubahan yang terjadi berdasarkan informasi akuntansi dan informasi keuangan lainnya. Keputusan pemberian pinjaman oleh bank juga telah menjadi subjek penelitian empiris dan prediktif.
Pettaway dan Sin melanjutkan alur penelitian yang sama menggunakan model penyekatan berbasis dasar dan akuntansi. Akuntansi telah terbukti memberikan waktu tunggu yang bernilai yang dapat digunakan oleh regulator untuk menjalankan tanggungjawab pengaturan secara lebih efektif.
Peramalan informasi laporan keuangan
Karena analis sekuritas dan hampir semua lembaga peramalan memfokuskan pada lingkungan AS, akuntan manajemen dan manajer keuangan perusahaan multinasional (MNCs) mungkin harus mendasarkan diri pada upaya mereka sendiri untuk meramal eamings perusahaan lain dan menyediakan ramalan eamings mereka sendiri, pilihan teknik mereka mungkin mekanis atau non‑mekanis dan univariat atau multivariat.
Pendekatan peramalan univariat mekanis meliputi model rerata bergerak dan model univariat Box‑Jenkins. Model peramalan multivariat mekanis meliputi model regresi, model fungsi transfer Box‑Jenkins, dan model ekonometrik. Akhimya, model nonmekanis meliputi model univariat seperti ekstrapolasi kurva visual dan model multivariat seperti pendekatan analis sekuritas. Ramalan‑ramalan tersebut dapat dievaluasi baik dalam dispersinya atau biasnya.
PASAR MODAL, TEORI DAN MODEL-MODEL YANG BERHUBUNGAN
Prediksi Reaksi Pasar: Penelitian Berbasis Pasar Dalam Akuntansi
Pendekatan pasar dan akuntansi eksternal
Pendekatan prediktif menyukai adopsi angka akuntansi yang memiliki kaitan tertinggi dengan harga pasar. Hal tersebut menuntut evaluasi kegunaan angka akuntansi yang ditransmisikan kepada transaksi pasar modal dipandang sebagai sebuah agregat. Dalam kasus ini, “gregat” berarti fokusnya adalah pada reaksi pasar sekuritas bukan pada investor individual yang membentuk pasar.
Peranan pasar sekuritas dan informasi dalam pasar sekuritas membenarkan penggunaan prediksi reaksi pasar dalam formulasi sebuah teori akuntansi. Peranan pasar sekuritas adalah untuk menyediakan pasar pertukaran yang teratur di mana investor dapat mempertukarkan klaim terhadap konsumsi sekarang dan masa depan secara berkesinambungan
Model pasar yang efisien
Secara umum diasumsikan bahwa pasar sekuritas adalah efisien. Sebuah pasar efisien yang sempura berada dalam ekluilibrium kontinus, sedemikian hingga nilai intrinsik sekuritas bergetar secara random dan harga pasar selalu sama dengan nilai intrinsik yang mendasarinya pada setiap waktu. “Nilai intrinsk” secara umum diakui sebagai harga yang seharusnya dan harga yang akan diberikan oleh individu lain yang memiliki informasi dan kompetensi yang sama ketika orang tersebut membuat estimasi.
Hipotesis pasar yang efisien
Dengan mendefinisikan suatu set informasi (jt) dalam tiga cara yang berbeda, Fama membedakan tiga aras efisiensi pasar yaitu, bentuk lemah, semi‑kuat, dan kuat.
- Bentuk lemah dari hipotesis pasar efisien
Bentuk lemah hipotesis pasar efisien menyatakan bahwa retum (harga‑harga) ekspektasian ekuilibrium “sepenuhnya mencerminkan” sekuensi retum (harga) masa lalu.
- Bentuk semi kuat dari hipotesis pasar efisien
Bentuk hipotesis pasar efisien semi kuat menyatakan bahwa return (harga) ekspektasian ekuilibrium “sepenuhnya mencerminkan” semua informasi yang tersedia secara publik.
- Bentuk kuat hipotesis pasar efisien
Bentuk kuat hipotesis pasar efisien menyatakan bahwa retum (harga) ekspektasian ekuilibrium “sepenuhnya mencerminkan” semua informasi (tidak hanya informasi yang tersedia secara publik).
Metodel penetapan harga aktiva modal
Hipotesis pasar efisien mewajibkan penggunaan “return ekspektasian” dan mengandai bahwa sekuritas dihargai secara tepat. Sebuah teori diperlukan untuk menspesifikasi hubungan antara retum ekspektasian dan harga saham individual yang dinilai tersebut adalah model penilaian modal‑aset Sharpe, Lintner dan Mossin, menghubungkan retum aset dengan risiko aset sebagai berikut:
E(Rit) = Rft + [E(Rmt) – Rft]b
di mana:
E(Rit) = retum ekspektasian dari sekuritas i pada periode t.
Rft = retum atas aset bebas risiko pada periode t.
E(Rmt) = retum ekspektasian atas portofolio pasar dalam periode
s( Rit, Rmt) = kovariansi antara Rit, dan Rmt
s2(Rmt) = variansi retum atas portofolio pasar.
b = s (Rit Mmt) / s2 (Rmt) = koefisien risiko.
Teori penetapan harga arbitrase
APT mengandaikan bahwa retum sekuritas terkait dengan angka yang tak diketahui faktor‑faktor yang tak diketahui. Sebuah model multifaktor akan berbentuk sebagai berikut:
Ri = ai + bi1F1 + bi2F2 + + bijF3 + el
Sekuritas akan dinilai sebagai berikut:
E(ri) = Rj + Y1bil+ Y2 b 12+ + bijYj
di mana:
Rj = retum atas aset bebas risiko
bij = sensitifitas sekuritas i terhadap faktor j, dan
Yj = premium retum sekuritas (yaitu, kelebihan dari Rf dari setiap unit sekuritas terhadap faktor j).
Teori ekuilibrium tentang penetapan harga opsi
Opsi memberi hak kepada seseorang untuk membeli (opsi call atau opsi put) sejumlah saham tertentu dari perusahaan tertentu dari pembuat opsi pada harga tertentu pada saatjatuh tempo pada tanggal tertentu. Sebuah model penilaian opsi ekuilibrium diusulkan oleh Black dan Scholes dengan formula sebagai berikut:
dimana:
Ps = Harga pasar sekarang saham yang mendasari
E = Harga pelaksanaan dari opsi
R = Tingkat return bebas risiko yang dimajemukkan secara terus menerus
yang dinyatakan atas dasar tahunan.
T = Waktu yang tersisa sebelum jatuh tempo, dinyatakan sebagai fraksi dari
sebuah tahun, dan
S = Risiko saham yang mendasari, diukur dengan deviasi standar dari tingkat
return saham tahunan yang dimajemukkan secara terus menerus.
Model pasar
Model penilaian modal‑aset tidak memberi pengujian yang mudah bagi hipotesis pasar efisien. Malahan model pasar Markovitz dan Sharpe digunakan untuk tujuan ini.
Model tersebut mendefinisi proses menghasilkan harga sekuritas stokastik sebagai:
Rit = ait + Bit Rmt + Uit
di mana:
E(Mit) = 0
s(Rmt, Mit) = 0
s(Mmt, Mit) = 0
Rit = retum sekuritas 1 pada periode t,
ai, Bi = intersep & slope dari hub. linier antara Rit dan Rmt,
Rmt = faktor pasar dalam periode t, dan
Mit = porsi stokastik dari komponen individualistik dari Rit.
Estimasi beta
Estimasi risiko sistematik atau beta sangat dibutuhkan bagi studi‑studi yang menguji pengaruh informasi akuntansi terhadap pasar, dan kaitan beta dengan indikator‑indikator berbasis akuntansi. Karena masalah kesalahan ekonometrik yang potensial dalam estimat model pasar, berbagai koreksi yang perlu telah diajukan.
Pertama, koreksi Scholes‑Williams generalisasian memberikan estimator berikut:
B1 = (Bi+1+ Bui + B-1i) / 1 + 2P1
di mana:
B+1, B0, B-1 = beta leading, beta contemporaneus, dan beta lagged, dan
P1 = korelasi serial indeks urutan pertama.
Kedua, koreksi Bayesian Vasicek memberikan estimator berikut:
Bi = (Bp / S2p + BB / SB2) / (1/S2p + 1/S2B)
dimana
B = estimat sebelum yang terbaik
S2p = variasi estimat estimasian
BB = rerata beta pasar tak tertimbang dan
SB2 = variasi beta pasar estimasian
Metodologi studi peristiwa
Metodologi studi peristiwa menggunakan tanggal pengumuman sebagai hari 0. Telah banyak didokumentasikan dalam literatur studi peristiwa bahwa sebagian besar return tidak normal terjadi pada periode hari -1 sampai hari +1. Sehingga contoh analisis difokuskan pada interval tiga hari ini. Prosedur OLS digunakan pertama-tama untuk mengestimasi return normal.
Rjt = aj+ bj(Rmt) + ejt
di mana:
Rj = tingkat retum atas sekuritas j pada waktu t,
aj = intersep untuk persamaan sekuritas j,
bj = koefisien regresi retum pasar pada waktu t,
Rmt = retum atas indeks nilai tertimbang CRSP pada waktu t,
ejt = galat untuk sekuritas j pada waktu t.
Valuasi laba residu
Dalam model diskon dividen (DDM) nilai perusahaan adalah nilai sekarang dari aliran dividen masa depan bagi pemegang ekuitas.
di mana:
Vt = nilal ekuitas perusahaan pada waktu t
dt = dividen pada waktu t (semua arus modal bagi pemegang ekuitas di luar kontribusi)
r = kos modal ekuitas
E(.) = operator ekspektasi
Model Feltham Ohlson
Dengan mensubstitusikan variabel akuntansi ke dalam DDM, Ohlson dan Feltham mengembangkan persamaan berikut yang mengaitkan nilai dengan perusahaan dengan nilai akuntansi:
Nilai perusahaan (Vt) pada waktu t adalah jumlah nilai buku bersih (bt) ditambah eamings masa depan ekspektasian yang didiskonto (xat). Ekivalensi (1) dan (2) hanya mensyaratkan tiga asumsi:
o akuntansi surplus bersih: bt = bt‑1 + xt + dt
o eamings residual (tidak normal), didefinisi sebagai eamings yang melebihi retum atas modal ekultas yang dipersyaratkan: xt = xt ‑ rbt-l
o kondisi-kondisi konvergensi sedemikian rupa sehingga earnings dan earnings tidak normal
Model penilaian neraca tingkat harga
Model‑model ini memfokuskan pada hubungan antara nilai ekuitas dan nilai buku. Secara umum, hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut:
MVE = f (BVA)
di mana:
MVE = nilai pasar ekuitas
BVA = nilai buku aset
Kandungan informasi dari laba
Kandungan informasi eamings secara umum diuji dengan hubungan antara retum kuritas dan eamings tak terduga (unexpected earning). Hal tersebut disimpulkan dengan signifikansi dari efisien slope (b) dan daya penjelas (explanatory power) dari sebuah model estimasian cross‑sectional yang berbentuk sebagai berikut:
CARk =a + bUX k +e k
di mana:
CARk = retum tidak normal kumulatif untuk sekuritas i selama periode t,
UXk = eamings tak terduga (lebih dipilih dalam bentuk skalaan), dan
b = koefisien responss eamings (ERC).
Model-model hubungan antara laba dan pengendalian
Dua model hubungan antara eamings dan retums telah digunakan dalam riset.
- Model pertama, model A, mendasari asosiasi antara retums dan eamings pd sebuah model penilaian buku. Model tsb diturunkan sebagai berikut:
- Pertama, harga dan buku sebagai ukuran dari nilai "saham " ekuitas pemegang saham dikaitkan sebagai berikut:
Pjt = BVjt + Ujt (1)
Di mana Pjt adalah harga per saham perusahaan j pada waktu t dan BVjt adalah nilai buku per saham perusahaan j pada waktu t.
- Kedua, eamings akuntansi dan retum sekuritas sebagai ukuran dari nilai “aliran” atau perubahan dalam nilai ekuitas pemegang saham dapat diturunkan dengan mengambil perbedaan pertama dari variabel dalam persamaan (1) sebagai berikut:
Pjt = ΔBVjt + Ujt (2)
di mana: ΔBVjt = Ajt ‑ djt (3)
Ajt = eamings akuntansi perusahaan j selama periode t‑ 1 sampai t, dan
djt = dividen perusahaan j selama periode t‑ 1 sampai t.
- Ketiga, hubungan antara eamings dan retums diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (2) dan membaginya dengan Пjt-1 sebagai berikut.
Rjt = Ajt/Pjt + Ujt (4)
di mana: Rjt = (ΔPjt + djt)/Pjt-1
Persamaan (4) menunjukkan bahwa jika harga saham dan nilai buku terkait, maka earnings dibagi dengan harga awal perlode (aras eamings dibagi dgn harga awal memungkinkan kita untuk menjelaskan retums.
Persistensi laba
Persistensi laba umumnya diukur dengan mengistimasikan rangkaian model rata-rata bergerak dan terintegrasi dari autoregresif (ARIMA) yang nyata dari proses laba. Ia mengukur dampak dari suatu kejutan yang ada pada keseluruhan arus realisasi rangkaian laba di masa mendatang.
Model-model penilaian perusahaan
Model-model penilaian perusahaan mengandalkan dua jenis arus kas: (a) arus kas bebas yang dihasilkan oleh aktiva-aktiva inti, dan (b) arus kas non operasional yang dihasilkan oleh aktiva bersih non operasional. Arus kas didistribusikan untuk (klaim-klaim utang, (b) klaim-klaim modal lain-lain, dan (c) klaim-klaim ekuitas biasa.
Evaluasi atas penelitian berbasis pasar di dalam akuntansi
Menggunakan teori dan bukti yang berkenaan dengan hipotesis pasar efisien dan metodologi yang terutama disediakan oleh model penilaian modal‑aset, teori portofolio dan model pasar, pendekatan prediktif berawal dari evaluasi angka‑angka dan teknik-teknik akuntansi atas dasar reaksi pasar modal.
Bukti yang tersedia bagi riset berbasis pasar dalam akuntansi secara umum diklasifikasi dalam kategori sebagai berikut.
o Studi‑studi kandungan informasi.
o Perbedaan dalam teknik‑teknik akuntansi diskresioner.
o Konsekuensi dari regulasi.
o Dampak terhadap bidang‑bidang terkait.
Hipotesis pengungkapan yang tak lengkap (IRH)
Perumusan IRH:
Angka-angka statistik yang lebih mahal untuk disarikan dari data publik akan tidak sepenuhnya diungkapkan oleh harga-harga pasar. Keterkaitan ini didorong oleh rantai sebab akibat sebagai berikut:
- Angka-angka statistik yang lebih mahal untuk disarikan dari informasi yang tersedia bagi publik akan mendorong minat perdagangan yang lebih rendah.
- Angka-angka statistik yang mendorong minat perdagangan yang lebih rendah akan tidak sepenuhnya diungkapkan oleh harga-harga pasar.
INFORMASI EKONOMIKA, PARADIGMA ANALITIS-AGENSI, HIPOTESIS MANAJEMEN LABA, TEORI AKUNTANSI POSITIF, EVALUASI PENDEKATAN POSITIF
Pendekatan Positif
Bagi mereka yang mengadopsi paradigma positif antropologik/ induktif, masalah pokoknya adalah:
o Praktik akuntansi yang berjalan, dan
o Sikap manajemen terhadap praktik‑praktik tersebut.
Pendukung pandangan ini berargumen, secara umum, bahwa teknik tersebut dapat diturunkan dan dibenarkan atas dasar penggunaan mereka yang telah teruji atau bahwa manajemen memainkan peran sentral dalam menentukan teknik‑teknik yang akan diimplementasikan.
Konsekuensinya, tujuan riset akuntansi berkaitan dengan paradigma antropologis/induktif adalah untuk memahami, menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi yang berjalan
Paradigma informasi ekonomi
Paradigma informasi/ekonomika menarik pengetahuannya dari berbagai disiplin, termasuk teori keputusan, teori permainan (game theory), teori informasi dan ekonomika.
Beberapa model analitis yang diusulkan mencakup model teori keputusan, model evaluasi informasi pembuat keputusan, model teori tim, dan model permintaan pewahyuan. Masing‑masing rerangka kerja ini, mendasarkan diri pada sebuah model perusahaan, menurunkan permintaan informasi akuntansi manajerial. Kegunaan model masing‑masing didasarkan pada derajat kongruensi antara model turunan dan keempat penggunaan informasi akuntansi managerial yang diobservasi, yaitu revisi kepercayaan, evaluasi kinerja (termasuk motivasional bi dan b2), dan pembagian risiko.
- Model teori keputusan (decision‑theory model), sebagaimana diusulkan oleh Feltham, menyajikan sebuah rerangka kerja bagi penentuan nilai sebuah perubahan dalam sebuah sistem informasi sebagai selisih antara hasil ekspektasian dari dua sistem altematif. Kegunaannya terbatas pada revisi kepercayaan karena tidak meliputi evaluasi kinerja.
- Model teori sindikat (syndicate‑theory model) meliputi perusahaan multiperson yang secara bersama‑sama memilih seperangkat tindakan dalam sebuah aturan bersama untuk menghasilkan hasil yang tidak pasti.
- Model evaluasi informasional pembuat keputusan (informational‑ evaluation–decision ‑maker model) tetap mempertahankan karakteristik multiperson dan memasukkan pemilik atau penilai informasi yang menyerahkan pilihan tindakan pada satu atau lebih agen.
- Model teori tim (team‑theory model) mencakup sebuah konteks multiperson dan sebuah aturan bersama sebagaimana pada model teori sindikat. Individu diasumsikan akan bertindak untuk mementingkan diri mereka sendiri dengan menggunakan informasi yang tersedia hanya bagi mereka dan tetap mempertahankan kemakmuran tim dalam pikiran mereka.
- Model pemyataan permintaan (demand‑revelation model) mirip dengan model teori tim dengan suatu isu tambahan tentang bagaimana mendorong agen untuk membuka rahasia informasi privat mereka secara jujur dan menggunakannya untuk memaksimumkan profit organisasi.
Paradigma agensi analitis
Paradigma analitis‑agensi berakar dari berbagai contoh yang disediakan oleh Coase yang merupakan makalah terkenal (seminal paper), yang pertama kali mengacu pada sifat perusahaan dan hubungan antara prinsipal dan agen. Dia juga menaruh penekanan pada kontrak sukarela yang muncul di antara berbagai pihak organisasional sebagai solusi yang efisien terhadap konflik‑konflik kepentingan ini. Paradigma analitis‑agensi tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah pandangan tentang perusahaan sebagai sebuah “sekumpulan kontrak” (“nexus of contracts”) dengan pernyataan Jensen dan Meckling bahwa perusahaan adalah "fiksi legal yang melayani sebagai sebuah kumpulan bagi seperangkat hubungan kontrak diantara individu". Fama memperluas pandangan "nexus of contracts" ini untuk mencakup pasar modal dan pasar bagi perilaku manajerial.
Teori akuntansi positif
Tujuan utama pendekatan akuntansi positif adalah untuk menjelaskan, memprediksi pilihan standar oleh manajemen dengan mengalisis biaya dan manfaat ungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan alokasi sumber daya dalam perekonomian. Teori positif didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang saham, dan regulator/politisi adalah rasional dan mereka berusaha untuk memaksimumkan utilitas mereka, yang secara langsung terkait dengan kompensasi mereka, sehingga, terkait dengan kemakmuran mereka. Pilihan kebijakan akuntansi oleh kelompok‑kelompok ini didasarkan pada perbandingan biaya dan manfaat relatif prosedur akuntansi altematif dalam suatu cara yang memaksimumkan utilitas mereka.
Evaluasi pendekatan positif
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik dan/atau teori dikembangkan dengan cara tertentu dalam rangka untuk menjelaskan memprediksi peristiwa akuntansi. Dengan cara seperti itu, pendekatan positif berusaha untuk menentukan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi faktor‑faktor rasional dalam bidang akuntansi.
Secara mendasar pendekatan tersebut berusaha untuk menentukan sebuah teori yang menjelaskan fenomena observasian. Pendekatan positif secara umum dibedakan dari pendekatan normatif, yang berusaha untuk menentukan sebuah teori yang menjelaskan “apa yang seharusnya” dan bukan “apa yang sesungguhnya”.
Hipotesis Perataan Laba
Hakikat perataan laba
Gordon menteorikan perataan income sebagai berikut:
- Proposisi 1: Kriterium yang digunakan oleh manajemen perusahaan dalam memilih di antara prinsip akuntansi adalah maksimisasi utilitas atau kemakmurannya.
- Proposisi 2: Utilitas sebuah manajemen meningkat bersama dengan (1) keamanan kerjanya, (2) tingkat income dan tingkat pertumbuhan income manajemen, dan (3) besarya perusahaan dan tingkat pertumbuhan besamya perusahaan.
- Proposisi 3: pencapaian tujuan manajemen yang dinyatakan dalam Proposisi 2 tergantung sebagian pada kepuasan pemegang saham terhadap kinerja perusahaan; yaitu, jika hal‑hal lain sama, semakin bahagia pemegang saham, semakin tinggi keamanan, income, dan sebagainya, dari manajemen.
- Proposisi 4: kepuasan pemegang saham terhadap sebuah perusahaan meningkat bersama dengan rata‑rata tingkat pertumbuhan dalam income perusahaan (atau ratarata tingkat return atas modaInya) dan stabilitas income‑nya. Proposisi ini siap untuk diverifikasi sebagaimana Proposisi 2.
Teorema: Jika keempat proposisi tersebut diterima atau benar, maka manajemen dalam batas‑batas kekuasaannya, yaitu, ruang gerak yang diizinkan oleh aturan akuntansi,
- meratakan income yang dilaporkan dan
- meratakan tingkat pertumbuban income.
Yang dimaksud dengan “meratakan tingkat pertumbuhan income” adalah jika tingkat pertumbuhan tinggi, praktik akuntansi yang menguranginya harus diadopsi, dan sebaliknya.
Motivasi perataan
Beidelman mempertimbangkan dua alasan bagi manajemen untuk meratakan eamings yang dilaporkan yaitu:
o Argumen pertama didasarkan pada asumsi bahwa sebuah arus eamings yang stabil merupakan pendukung yang kapabel bagi sebuah tingkat dividen yang lebih tinggi daripada sebuah arus eamings yang lebih variabel, memiliki sebuah pengaruh menguntungkan terhadap nilai saham perusahaan karena turunnya risiko total perusahaan.
Dia menyatakan: “Sampai tingkat di mana variabilitas yang diobservasi tentang sebuah tren eamings yang dilaporkan mempengaruhi ekspektasi subjektif investor atas hasil dari eamings dan dividen yang mungkin di masa depan, manajemen dapat mempengaruhi secara menguntungkan nilai saham perusahaan dengan meratakan eamings”.
o Argumen kedua untuk perataan adalah kemampuan untuk mengatasi sifat siklis eamings yang dilaporkan dan mengurangi korelasi retum ekspektasian perusahaan dengan retum portofolio pasar.
Dia menyatakan: “Sampai tingkat di mana auto‑normalisasi eamings berhasil, dan bahwa pengurangan kovariansi retum dengan pasar diakui oleh investor dan dimasukkan dalam proses evaluasi mereka perataan akan menambah pengaruh yang bermanfaat pada nilai saham”.
Objek perataan
Pada dasarnya objek perataan seharusnya didasarkan pada indikasi keuangan yang paling mungkin dan paling digunakan, yaitu laba. Karena perataan laba bukanlah suatu fenomena yang terlihat, literatur memperkirakan berbagai bentuk pernyataan keuntungan sebagai objek perataan yang paling memungkinkan.
Para peneliti memilih indikator laba bersih atau laba per saham sebagai objek perataan karena keyakinan bahwa perhatian jangka panjang manajemen adalah terhadap laba bersih dan para pengguna laporan keuangan biasanya melihat pada angka paling akhir, baik laba maupun laba per saham.
Dimensi perataan
Dimensi‑dimensi perataan pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai perataan angka income. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial sebagai berikut: Perataan riil menunjuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar pengaruh perataannya terhadap income, sedangkan perataan artifisial menunjuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan kos dan/atau revenue dari satu periode ke periode yang lain.
Di samping perataan riil dan artifisial, ada dimensi lain perataan yang dibahas dalam literatur. Sebuah klasifikasi yang populer menambah dimensi perataan yang ke tiga, disebut, perataan klasifikatori.
Variabel perataan
Alat atau instrumen perataan adalah variabel-variabel yang digunakan untuk meratakan indikator kinerja yang dipilih. Copeland menguraikan lima kondisi yang diperlukan untuk suatu instrumen pertaan sebagai berikut:
- Sekali digunakan, instrumen tersebut tidak harus membuat perusahaan memiliki komitmen untuk melakukan tindkaan tertentu apa pun di masa depan.
- Intrumen perataan harus didasarkan pada penerapan pertimbangan profesional dan diperkirakan dalam wilayah “Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum”
- Instrumen perataan harus mengarah pada pergerakan yang material secara relatif terhadap perbedaan pendapatan dari tahun ke tahun.
- Instrumen perataan tidak memerlukan suatu transaksi riil dengan pihak kedua, tetapi hanya suatu reklasifikasi atau saldo akun internal.
- Instrumen perataan harus digunakan, secara sendirian atau bersama-sama dengan praktik lainnya, selama suatu periode waktu tertentu.
Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai manajemen akrual
Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi. Hubungan berikut ini adalah hal yang sangat penting untuk dapat memahami manajemen laba sebagai manajemen akrual.
Kesalahan penetapan harga atau akrual pilihan
Persistensi kinerja laba ternyata bergantung pada besaran relatif dari kas dan komponen akrual dari laba. Akan tetapi, harga saham bertindak seakan-akan para investor gagal dalam mengidentifikasi secara benar sifat-sifat yang berbeda dari dua komponen laba. Pasar dengan salah menilai terlalu tinggi penentuan komponen arus kas dari akrual laba sekaligus pula menilai terlalu rendah persistensi dari komponen arus kas. Akrual juga menunjukkan serangkaian hubungan negatif atau kecenderungan reversi rata-rata. Hasil akhirnya adalah bahwa pasar merespon seakan-akan terkejut pada saat pembalikan laba yang sepertinya dapat diramalkan terjadi di tahun berikutnya.
Isu-isu dalam manajemen laba
- Adalah sangat mudah untuk menduga bahwa manajemen laba bertujuan untuk memenuhi harapan dari analisis keuangan atau manajemen (yang diwakili oleh peramalan laba oleh publik).
- Terdapat alasan yang baik untuk memiliki kecurigaan bahwa manajemen laba bertujuan untuk memengaruhi kinerja harga jangka pendek dengan berbagai cara.
- Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang simetris, suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin mereka ungkapkan.
- Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan di antara pemegang kepentingan.
- Permainan laba, atau lebih tepat sebagai permainan laporan laba triwulanan, mungkin menjadi alasan utama dalam manajemen laba.
- Manajemen laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas.
- Manajemen laba dapat berasal dari hasil pemenuhan perjanjian dari kontrak kompensasi implisit.
- Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan: aturan industri yang spesifik dan aturan antitrust.
- Penilaian perusahaan secara umum diasumsikan menjadi salah satu sasaran manajemen laba.
- Laba negatif secara tibak-tiba umumnya lebih merugikan daripada revisi ramalan negatif.
Status Akuntansi Yang Bersifat Paradigma
Evolusi atau revolusi di dalam akuntansi?
Berbagai pendekatan digunakan untuk memformulasi sebuah teori akuntansi. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan masing‑masing pendekatan, kita dapat mengharapkan bahwa situasi tersebut akan membawa pada sebuah perdebatan yang bermanfaat dan sebuah teori akuntansi yang terpadu. Pandangan ini mungkin akan dilajuntukan oleh semua orang yang percaya bahwa kemajuan dalam akuntansi akan terjadi melalui akumulasi gagasan‑gagasan atau evolusi. Pandangan seperti itu mensyaratkan penerimaan sebagian besar pendekatan yang diusulkan sebagai penyumbang potensial bagi sebuah teori akuntansi yang final, terpadu, atau komprehensif.
Namun begitu, pandangan yang kuat dan lebih logis, adalah bahwa akuntansi, seperti sebagian besar ilmu sosial dan ilmu alami, mencapai kemajuan melalui revolusi bukan evolusi. Gagasan tentang revolusi dalam akuntansi diambil dari karya Kuhn "The Structure of Scientific Revolutions dan diusulkan, secara berhasil, dalam Statament of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA) yang diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA).
Akuntansi: suatu ilmu yang multiparadigma
Jika akuntansi berada dalam tahap krisis, maka menjadi mungkin untuk mengidentifikasi berbagai paradigma yang sating bersaing. Dengan kata lain, akuntansi adalah sebuah sains multiparadigmatik, yang masing‑masing saling bersaing untuk menguasai disiplin akuntansi. Mengikuti definisi Ritzer tentang paradigma, masing‑masing paradigma akuntansi yang ada akan berisi contoh, teori, dan metodenya sendiri. Secara lebih spesifik, “masing‑masing paradigma akuntansi yang saling bersaing saat ini cenderung untuk menspesifikasi domain empiris di mana sebuah teori akuntansi harus berada”.
0 komentar:
Posting Komentar