A. Menyusun Rancangan Usaha.
1. Mulai Dengan Penetapan Sasaran Usaha.
Sekalipun ini baru merupakan rancangan awal, tetap saja anda perlu
memulainya dengan menentukan sasaran yang hendak dicapai melalui usaha
anda. Suatu rumusan sasaran yang baik mengandung ciri-ciri berikut :
a. Spesifik
b. Dapat diukur
c. Dapat dicapai
d. Realistik
e. Terikat waktu
Anda jangan ragu-ragu untuk segera merumuskan sasaran anda, dan begitu
terumuskan anda dapat segera mengujinya dengan ciri-ciri yang
dipersyaratkan tersebut.
Misalnya begini :
Dengan usaha ini saya hendak memperoleh pendapatan Rp 800.000,- per bulan
Spesifik? Kurang, seharusnya pendapatan bersih atau pendapatan kotor?
Dapat diukur ? Ya : Rp 800.000,-
Dapat dicapai ? Mungkin
Realistik ? Mungkin
Terikat waktu ? Tidak ada informasi (mestinya dalam setahun mendatang)
Jadi rumusan yang lebih baik adalah :
Sasaran usaha adalah pendapatan bersih sebesar Rp 800.000,- per bulan
dapat saya peroleh dalam jangka waktu satu tahun.
Selama belum lulus dari uji kelima kriteria ciri tersebut, anda perlu
merumuskannya berulang kali hingga cukup memuaskan. Tentu saja
pendapatan bersih bukan satu-satunya hal yang layak dijadikan sasaran.
Bisa juga dilengkapi atau dalam bentuk alternatif :
Sasaran produksi : terjualnya sekian unit barang X berkualitas
Q pada akhir tahun pertama.
Sasaran penjualan : terjualnya sekian unit produk dengan harga Y
rupiah per unit dalam jangka waktu 12 bulan.
Sasaran keuntungan : 10% keuntungan dari investasi sebesar N juta
rupiah dalam jangka waktu dua tahun usaha.
2. Investasi Sumber Daya.
Sumber daya terpenting adalah diri anda sendiri. Modal dasar adalah
watak kewirausahaan anda. Dan anda lengkapi pula dengan
ketrampilan-ketrampilan dan keahlian-keahlian yang anda miliki. Selain
itu adalah sumber daya material atau aset yang anda miliki (barang,
modal, tabungan, perhiasan) lalu kurangi dengan kewajiban-kewajiban
yang harus anda lunasi. Tambahkan pula aset keluarga dekat anda yang
berkemungkinan untuk digunakan mendukung usaha anda. Nyatakan pada
diri anda sendiri suatu ketetapan hati berapa bagian (%) dari aset itu
dapat anda investasikan untuk mewujudkan usaha anda.
3. Merancang Tindakan-tindakan
Dengan landasan sumber daya ditangan anda, tindakan-tindakan apa yang
hendak anda lakukan, langkah demi langkah. Pada tahap ini anda belum
perlu berpikir terlalu rinci, cukuplah jika anda dapat menggariskan
sekedarnya mengenai hal-hal berikut :
a. Pengenalan pasar produk anda (siapa pemakai produk, golongan
penduduk mana, berapa banyak, tersebar dimana saja), serta
kecendrungan perubahan-perubahannya dalam 1-5 tahun mendatang.
b. Pemilihan calon lokasi usaha anda (pusat produksi dimana, pusat
pemasaran dimana, peraturan-peraturan perijinan).
c. Perancangan sistem produksi (ingat spesifikasi produk dan masalah
penyediaan bahan baku).
d. Perancangan sistem organisasi dan manajemen (struktur organisasi,
cara perekrutan pekerja, jaminan-jaminan keamanan dan kesejahteraan
karyawan).
e. Perancangan sistem keuangan (pembukuan, sistem akunting, pengenalan
sistem perpajakan).
f. Perkiraan-perkiraan dampak lingkungan (kebisingan, keributan,
limbah, dan sebagainya).
4. Penjadwalan Tindakan.
Setiap rancangan tindakan-tindakan untuk mencapai suatu sasaran perlu
dijadwalkan karena perumusan sasaran mengandung ciri keterikatan
dengan waktu. Penjadwalan tindakan lasimnya dijadwalkan dalam format
matrix.
5. Pengembangan Suatu Bisnis Proposal.
Suatu saat nanti rancangan tindakan yang sederhana dan masih kasar ini
akan anda kembangkan menjadi suatu bisnis proposal yang lebih terinci
dan bersifat formal.
B. Evaluasi Peluang Usaha Baru
Penetapan Kelayakan Usaha Baru
Banyak dana telah dikeluarkan dalam memulai usaha baru. Banyak pula
usaha baru yang mengalami kebangkrutan dalam satu atau dua tahun, dan
hanya sedikit saja yang berhasil dalam usahanya. Salah satu faktor
yang menyebabkan kegagalan usaha baru adalah kendali wiraswastawan.
Alasan utama kegagalan usaha baru adalah:
1. Pengetahuan pasar yang tidak memadai. Kelemahan ini termasuk juga
kurangnya informasi mengenai potensi permintaan untuk produk, pangsa
pasar yang bisa diharapkan secara realistis, dan metode distribusi
yang memadai.
2. Kinerja produk yang salah. Sering sekali produk baru tidak
berfungsi seperti yang disebutkan, disebabkan oleh terlalu cepatnya
pengembangan produksi dan uji coba produk, atau kendali mutu yang
tidak memadai .
3. Usaha pemasaran dan penjualan yang tidak efektif. Hasil yang buruk
sering menunjukkan usaha promosi yang salah arah dan tidak memadai dan
kurangnya kemampuan memecahkan masalah yang ada dalam penjualan,
pelayanan atau kedekatan dengan pasar.
4. Tidak disadarinya tekanan persaingan. Usaha baru sering gagal
karena wiraswastawan tidak memperhitungkan reaksi yang mungkin
dilakukan pesaing, seperti potongan harga yang tinggi dan diskon
khusus kepada kepada para pengecer.
5. Keusangan produk yang terlalu cepat. Daur hidup dari produk baru
cendrung menjadi semakin pendek, pada banyak industri kemajuan
teknologi begitu cepat sehingga produk baru cepat menjadi usang
sesudah ia diluncurkan.
6. Waktu memulai usaha baru tidak tepat. Pemilihan waktu yang salah
untuk meluncurkan usaha baru sering menyebabkan kegagalan komersial.
Produk baru mungkin diperkenalkan sebelum adanya keinginan riil pasar
dan teknologi baru atau produk tersebut mungkin terlambat
diperkenalkan di pasar, ketika minat konsumen mulai menurun.
7. Kapitalisasi yang tidak memadai, pengeluaran operasi yang tidak
diprediksi, investasi yang berlebihan pada aset tetap dan kesulitan
keuangan yang berkait. Masalah finansial tersebut merupakan salah satu
penyebab kegagalan usaha baru.
C. Analisa Kelayakan Teknis.
1. Identifikasi Spesifikasi Teknis Penting
Evaluasi gagasan usaha baru hendaknya dimulai dengan identifikasi
persyaratan teknis yang kritis terhadap pasar dan karenanya perlu
untuk memenuhi harapan dari pelanggan potensial. Persyaratan teknis
yang paling penting adalah:
a. Desain fungsional dari produk dan daya tarik penampilanya.
b. Fleksibelitas, memungkinkan adanya modifikasi ciri luar dari produk
untuk memenuhi permintaan konsumen atau perubahan teknologi dan
persaingan.
c. Daya tahan bahan baku produk.
d. Bisa diandalkan, kinerja produk seperti yang diharapkan pada
kondisi operasi normal.
e. Keamanan produk, tidak menimbulkan bahaya pada kondisi operasi normal.
f. Daya guna yang bisa diterima.
g. Kemudahan dan biaya pemeliharaan yang rendah.
h. Standarisasi melalui dihilangkannya suku cadang yang tidak perlu.
i. Kemudahan untuk diproduksi dan diproses.
j. Kemudahan untuk ditangani.
2. Pengembangan dan Uji Coba Produk.
Pengembangan dan uji coba produk termasuk juga studi rekayasa, uji
laboratorium, evaluasi bahan baku alternatif dan fabrikasi model dan
prototype untuk uji lapangan. Untuk setiap tahap pengujian hasil
negatif dan positif harus ditimbang dan dilakukan penyasuaian yang
perlu.
D. Penilaian Peluang –peluang Pasar.
Para wiraswastawan selalu membutuhkan informasi dan pengetahuan
tentang pasar mereka. Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi permintaan
pelanggan. Riset pasar adalah pengumpulan pencatatan dan analisa
secara sistematis atas informasi yang berkaitan dengan pemasaran dan
jasa. Riset pasar dapat membantu;
Menemukan pasar yang menguntungkan.
Memilih produk yang dapat dijual.
Menentukan perubahan dalam perilaku konsumen.
Meningkatkan teknik-teknik pemasaran yang lebih baik.
Merencanakan sasaran yang realistik
1. Analisa Potensi Pasar.
Penentuan dan evaluasi potensi pasar dari usaha bisnis baru yang
direncanakan hendaknya dimulai dengan pengumpulan data-data yang
relepan dengan pasar mengenai pelangan potensial, motovasi
pembeliannya, kebiasaan membeli, dan dampak perubahan dalam
karakteristik produk pada potensi pasar. Penelitian mengenai potensi
pasar bagi usaha baru mungkin melibatkan penilaian subyektif dan
pribadi, dan tidak selalu ilmiah.
2. Identifikasi Pasar Potensial.
Langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan mengestimasi potensi pasr adalah:
a. Identifikasi pemakai akhir tertentu dari produk atau jasa.
b. Identifikasi segmen pasar pokok, yaitu:kategori pelangggan yang
relatif homogen.
c. Menentukan atau memperkirakan volume pembelian potensial dalam
tiap-tiap segmen pasar dan volume total dari segala segmen.
3. Estimasi Hubungan Harga (Biaya)-Volume.
Konsep teoritis mengenai hubungan antara tingkat harga tertentu dan
tingkat penjualanya dikenal sebagai elastisitas harga permintaan.
Elastisitas ini mengukur kepekaan pembelian terhadap harga. Jika
penurunan kecil pada harga menyebabkan peningkatan besar pada volume
produk yang dijual, elastisitas harga permintaan adalah tinggi. Jika
perubahan besar pada harga menyebabkan perubahan kecil pada volume
penjualan, permintaan dikatakan sebagai tidak elastis (inelastis)
4. Sumber Informasi Pasar.
Informasi yang diperlukan disini adalah informasi untuk mengestimasi
peluang pasar dimasa sekarang dan yang akan datang dari usaha baru.
Dua pendekatan untuk memperoleh data-data tersebut adalah:
a. Mengadakan sigi yang secara spesifik dirancang untuk mengumpulkan
informasi pada proyek tertentu. Informasi yang dihasilkan dengan cara
ini adalah data primer.
b. Menemukan data-data yang relevan yang diterbitkan oleh lembaga
pemerintah, seperti Biro Pusat Statistik, Perbankan, Kadin, dan Biro
Penelitian lainnya. Jenis informasi ini dinamakan data sekunder.
5. Peranan Uji Coba Pasar.
Uji coba pasar mensyaratkan penelitian secara seksama dan evaluasi
oleh pelanggan potensial terhadap produk yang ditawarkan. Metode yang
digunakan dalam uji coba pasar adalah dipamerkan dalam pameran
perdagangan, menjual pada sejumlah konsumen terbatas dan menggunakan
uji coba pasar dimana penerimaan calon pembeli bisa diamati dan
dianalisis dari dekat. Uji coba pasar bisa memberi informasi penting
sebagai berikut:
a. Volume penjualan, kemampuan mendatangkan laba yang mungkin ketika
produk baru dipasarkan secara besar-besaran.
b. Indikasi volume penjualan pada tingkat harga yang berbeda .
c. Indikasi berhasilnya strategi pemasaran tertentu.
d. Informasi mengenai pengaruh penting yang membuat konsumen
ingin membeli produk tersebut.
Uji coba pasar juga memberikan kemungkinan peluang dalam pemasaran,
distribusi dan pelayanan. Proses uji coba mungkin juga mengungkapkan
kelemahan atau kekurangan yang memerlukan perubahan drastis atau bahkn
munculnya gagasan usaha baru.
6. Arti Penting Studi Kelayakan Pasar.
Walaupun penilaian peluang pasar bagi usaha baru cendrung memakan
waktu, tugas yang rumit adalah perlu bagi wiraswastawan untuk
melakukan studi kelayakan pasar dari pada terjun kedalam usaha baru
tanpa persiapan terlebih dahulu.
E. Analisa Kelayakan Finansial.
Analisis kelayakan finansial dari usaha baru memerlukan pemilihan
alternatif untuk diterapkan. Pendekatan analitis bagi masalah ini
dipusatkan pada empat langkah dasar:
1. Penentuan kebutuhan finansial total dengan dana-dana yang
dibutuhkan untuk operasioanal.
2. Penentuan sumber daya finansial yang tersedia serta biaya-biayanya,
yaitu berupa pencarian sumber dana dan biaya modal.
3. Penentuan aliran kas dimasa depan yang bisa diharapkan dari operasi
dengan cara analisis aliran kas pada selang waktu yang relatif
singkat, biasanya bulanan.
4. Penentuan pengambilan yang diharapkan melalui analisa pengembalian
dari investasi.
F. Penilaian Kemampuan Organisasi.
1. Penentuan Kebutuhan Personalia dan Perancangan Stuktur Organisasi
Awal Menentukan Kebutuhan Personalia melalui:
a. Analisa beban kerja yang diantisipasi dan berbagai aktivitas yang perlu
b. Mengelompokan aktivitas tersebut kedalam seperangkat tugas yang
bisa ditangani individu secara efektif
c. Berbagi tugas dikategorisasikan untuk membentuk dasar dari struktur
organisasi.
Sekali kisaran (range) dari aktifitas total yang dilakukan dan tingkat
ketrampilan telah diidentifikasi, berbagai aktifitas dikelompokkan
kedalam tugas yang akan dilaksanakan pada posisi individu-individu.
Selanjutnya tingkat kemampuan profesional, latar belakang pendidikan
dan kwalifikasi lainya dispesifikasi bagi masing-masing posisi. Saling
hubungan dari berbagai posisi, pada susunan hirarkis bisa ditentukan
dari deskripsi posisi. Perlu diperharikan juga aspek–aspek perancangan
organisasional seperti rentang pengendalian manajemen yang bisa
diterima dan pemilahan fungsi lini dan staf.
2. Perbandingan kebutuhan dan Ketersediaan Personalia.
Perbandingan personalia yang dibutuhkan dan orang-orang kualified yang
tersedia bagi usaha baru menentukan kebutuhan staf. Pertanyaan yang
harus dijawab adalah "Seberapa sulitkah menyewa atau menarik
orang-orang dengan ketrampilan yang dibutuhkan pada kondisi organisasi
yang baru ada?.
Untuk menjawab pertanyaan ini harus dievaluasi kebutuhan usaha baru
untuk menyewa dari luar. Evaluasi ini hendaknya memperhitungkan bahwa
kebutuhan personalia mungkin berubah ketika usaha baru telah tumbuh
dan mencapai tingkat kedewasaanya.
G. ANALISA PERSAINGAN.
Setiap bisnis usaha umumnya cendrung menghadapi dua jenis tekanan persaingan:
1. Persaingan langsung dari produk atau jasa yang identik dengan
produk perusahaan itu pada dasarnya sama.
2. Tekanan tidak langsung dari barang substitusi.
Pendekatan pragmatis untuk menganalisa tekanan persaingan dipusatkan
pada tiga tugas :
a. Identifikasi persaingan pasar potensial.
b. Identifikasi berbagai strategi dan taktik yang digunakan pesaing
dan dampak potensialnya terhadap operasi usaha yang direncanakan.
c. Identifikasi keuntungan persaingan tertentu dari usaha yang
direncanakan dan pengembangan strategi yang disarankan pada penekanan
pada keuntungan tersebut.
Analisa ini mengungkapkan apakah usaha baru yang direncanakan memberi
keuntungan persaingan yang memadai pada produknya sehingga mampu
menghadapi tekanan persaingan dari pesaing langsung maupun tidak
langsung.
SUMBER GAGASAN BAGI USAHA BARU ADALAH :
= KONSUMEN
= PERUSAHAAN YANG SUDAH ADA
= SALURAN DISTRIBUSI
= PEMERINTAH
= PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SEKALI GAGASAN MUNCUL DARI SUMBER GAGASAN , MAKA PERLU DIKEMBANGKAN
DAN DIMATANGKAN LEBIH LANJUT KE DALAM PRODUK ATAU JASA AKHIR UNTUK
DITAWARKAN.
PROSES PEMATANGAN YAITU PROSES PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK (
TAHAP GAGASAN, TAHAP KONSEP, TAHAPPENGEMBANGAN PRODUK, TAHAPUJI
PEMASARAN DAN TAHAP KOMERSIALISASI).
YANG HARUS DILAKUKAN OLEH WIRASWASTAWAN DALAM PELUNCURAN USAHA BARU :
1. MEMPERTAHANKAN SIKAP OBYEKTIFITAS DAN SELALU MENCARI TERHADAP
GAGASAN BAGI PRODUK/JASA
2. SEPENUHNYA DEKAT DENGAN SITUASI SEGMEN PASAR YANG INGIN MEREKA MASUKI
3. MEMAHAMI PERSYARATAN TEKNIS DARI PRODUK ATAU PROSES
4. MENELUSURI SECARA MENDETAIL KEBUTUHAN FINANSIAL BAGI PENGEMBANGAN
DAN PRODUKSI BARANG ATAU PROSES
5. MENJAMIN BAHWA PRODUK /JASA MENAWARKAN KEUNTUNGAN TERTENTU YANG
MEMBEDAKANNYA DARI PRODUK PESAING
6. MELINDUNGI GAGASAN KREATIF MELALUI HAK PATEN, HAK CIPTA, MEREK
DAGANG, MEREK JASA.
0 komentar:
Posting Komentar