Sabtu, 28 Juli 2012

Emosi Dalam Bisnis

Emosi bisnis bagi Entrepreneur sangat penting perannya. Apalagi, dalam mengatasi tantangan persaingan bisnis di Milenium ketiga ini. Oleh karena, emosi memicu kreativitas inovasi kita. Emosi juga meng-aktifkan nilai-nilai etika, mendorong atau mempercepat penalaran kita dalam berbisnis. Bahkan tak hanya itu, emosi juga akan memotivasi kita, dan membuat kita nyata dan hidup.
Saya setuju dengan pendapat Josh Hammond, bahwa emosi adalah sesuatu yang punya makna penting bagi perusahaan. Menurutnya, emosi adalah pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Dan meskipun, emosi tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan rasioanalitas.
Pendapat hampir serupa diungkapkan Robert K. Cooper yang mengatakan, bahwa pada umumnya, emosi lebih jujur dari pada pikiran atau nalar. Menurtunya, emosi juga memiliki kedalaman dan kekuatan, sehingga dengan bahasa latin, misalnya, emosi dikatakan sebagai  motus  anima, yang artinya “jiwa ynag menggerakan kita”.
Mengapa saya melukiskan gambaran begitu, terutama bagi seorang Entrepreneur yang setiap harinya selalu menghadapi tantangan di dalam menggeluti bisnisnya? Itu karena, selama ini kita mungkin belum menyadari atau menghargai secara sebenarnya maka penting emosi itu sendiri.
Kita lebih menangkap pengertian emosi dari makna konvesional. Sehingga, emosi di anggap sebagai lambang kelemahan, bahkan tak boleh ada dalam bisnis, harus dihindari, dan membingungkan. Kita juga cenderung suka menghindari orang yang emosional, hanya pikiran yang diperhatikan dan suka menggunakan kata-kata tanpa emosi.
Tidak hanya itu, emosi juga dikatakan menganggu penilaian yang baik, mengalihkan perhatian kita, tanda kerentanan, menghalangi mekanisme control, memprelemah sikap-sikap yang sudah baku, menghambat aliran data objektif, merumitkan perencanaan manajemen, dan mengurangi otoritas.
Padahal emosi itu sendiri menurut Cooper adalah sumber energi. Sementara rekannya, Voltaire berpendapat emosi adalah “bahan bakar”. Sehingga berbisnis tanpa disertai dengan emosi, seolah tanpa ada gairah. Saya sendiri juga merasakan hal yang sama seperti itu.
Hal itu juga akan membuat kita tak lagi memiliki keberanian berwirausaha, apalagi bersaing. Padahal, dunia bisnis penuh persaingan. Mereka yang bisa eksis usahanya adalah mereka yang menang dalam bisnis kita.
Sebenarnya, telah banyak studi yang mengungkapkan, bahwa emosi penting sebagai “energy efektif” untuk nilai-nilai etika, misalnya kepercayaan, integritas, empati, keuletan, dan kredibilitas serta untuk modal sosial. Hal tersebut dapat berupa kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan bisnis yang menguntugkan, serta didasarkan pada saling percaya.
Saya yakin, wirausahawan atau Entrepreneur akan lebih minat ke sesuatu yang punya makna penting daripada makna konvesional. Oleh karena, seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki visi bisnis, dan selalu ingin mengubahnya menjadi realita bisnis.
Dia tahu, bahwa mengubah visi menjadi realita lebih berupa kerja keras daripada nasib baik. Begitu juga halnya dengan emosi. Bukan lambang kelemahan, tapi dianggapnya sebagai lambang kekuatan dalam bisnisnya. Sehingga,meski persaingan bisnis di era millennium ketiga bakal ketat, namun dia akan tetap terus bergerak maju.

sumber : http://www.purdiechandra.net/kecerdasan-emosional/2009/11/emosi-dalam-bisnis/

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Kami