Debit dan kredit merupakan jargon utama yang terpikirkan apabila mahasiswa baru memulai pembahasan tentang akuntansi. Akuntansi seringkali dikaitkan dengan seseorang yang “cupu”, berkacamata tebal, yang selalu asik berkutat dengan angka di depan komputer serta dilengkapi dengan kalkulator dagang yang besar. Akuntansi juga dipandang sebagai jurusan yang paling aman karena paradigma masyarakat yang beranggapan bahwa lulusan akuntansi pasti akan mudah diserap dalam pasar tenaga kerja. Sesungguhnya, akuntansi lebih dari semua pandangan awam tersebut.
Akuntansi adalah seni yang mendasarkan pada logika matematik yang sekarang dikenal sebagai “pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping) dan sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495. Akuntansi modern dikenal sebagai proses yang mengidentifikasi data keuangan, pencatatan, dan sebagai hasil akhirnya, pelaporan. Akuntansi, seringkali dirujuk sebagai “Bahasa Bisnis”. Mengapa demikian? Istilah ini merupakan ungkapan bahwa akuntansi digunakan sebagai alat komunikasi dalam bisnis. Yang dikomunikasikan adalah berbagai macam laporan keuangan yang kemudian disalurkan ke berbagai pihak yang membutuhkan (stakeholder) agar dapat digunakan untuk mengambil sebuah keputusan.
Tanpa adanya akuntansi, berbagai entitas bisnis, organisasi dan lembaga-lembaga yang menggeluti dunia perekonomian akan sulit mengawasi dan mengevaluasi sistem keuangannya. Apakah perusahaan sedang mengalami keuntungan? Atau sedang merugi? Apakah stok barang bertambah? Apakah secara ekonomis, nilai gedung pabrik berkurang? Berapakah total asset pemilik? Semua pertanyaan tersebut akan terjawab apabila entitas yang bersangkutan sudah menerapkan sistem akuntansi. Maka dari itu, seberapa pentingkah akuntansi? Jawabannya……amat sangat penting.
Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Untuk meraih peredikat tersebut seseorang harus menempuh pendidikan Strata 1 Jurusan Akuntansi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) dilanjutkan dengan menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered Accountant (FCA, CA or ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant (ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public Accountant (CPA) dan Certified General Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan publik yang bersertifikat disebut CPA Indonesia (sebelumnya: BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik).
Memang benar, keahlian akuntansi sifatnya esensial di segala bidang karena setiap bidang pekerjaan akan bermuara pada sektor perekonomian. Tetapi hal ini bukanlah sebuah pembenaran untuk berasumsi bahwa hanya dengan gelar Sarjana Ekonomi (S.E) atau Certified Public Accountant (CPA) seseorang akan secara mudah mendapatkan tempat dalam pasar tenaga kerja. Banyak kompetensi yang harus dikuasai, daya saing yang kuat serta kemampuan organisasi merupakan nilai tambah untuk para lulusan jurusan akuntansi agar dapat berkontribusi, secara signifikan, dalam dunia perekonomian.
Jadi, akuntansi tidak pantas diidentikkan dengan ke”cupu”an. Akuntansi lebih dari sekadar Debit dan Kredit karena akuntasi adalah ilmu, bahasa dan seni.
Sabtu, 02 Januari 2010
Akuntansi lebih dari sekadar Debit dan Kredit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar